Rela Jual Gudel agar Bisa Mengadu ke Jakarta

Sesampai di rumah Tosan, Tim-12 yang berpersonel puluhan orang langsung mengejar Tosan. Beberapa orang berupaya melerai, namun kalah jumlah. Tosan lari ke lapangan sepak bola yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.

Di lapangan itu dia terkepung dan dianiaya dengan berbagai cara. Yang paling keji, tubuh Tosan dilindas dengan motor berkali-kali. Beruntung, nyawa Tosan masih bisa terselamatkan setelah dilarikan ke rumah sakit.

Kini warga berharap polisi bisa mengusut tuntas kasus pembunuhan dan penganiayaan tersebut. Mereka khawatir jika aktor-aktor intelektual belum tersentuh. Sebab, itu berarti mereka harus bersiap menghadapi serangan dan intimidasi.

Namun, di balik peristiwa mengerikan itu, warga mengambil hikmah bahwa perjuangan mereka selama ini setidaknya tidak sia-sia. Pengorbanan Salim, Tosan, dan para penolak tambang pasir lain telah membuka semua mata di penjuru negeri. Dukungan pun mengalir dari banyak pihak.

Selain itu, kabar baiknya, polisi telah menetapkan 23 orang tersangka pembunuhan Salim. Termasuk, ini yang paling melegakan warga, Kades Haryono.

Apalagi pascatragedi yang menewaskan Salim, semua kegiatan penambangan di Lumajang dihentikan. Rabu lalu (30/9), misalnya, 18 sopir truk ditangkap karena masih nekat mengambil pasir di Gondoruso.

Kerusakan alam memang kadung terjadi. Tapi, setidaknya petani seperti Nadi dan Turiman kini bisa lebih memusatkan perhatian pada bagaimana cara menyelamatkan sawah mereka. ”Saya rasa kabar ini bukan hanya kebahagiaan kami warga Selok, tapi seluruh masyarakat Lumajang,” ujar Hamid. (*/ttg/rie)

Tinggalkan Balasan