Merasa Tertekan di Atas Panggung Mertua

Begitu lulus dari Nanyang University, pesta perkawinan dilakukan. Sesuai dengan adat Tionghoa, pesta dilaksanakan oleh keluarga pengantin laki-laki. Berarti di Surabaya. Saat itulah Surabaya heboh. Perkawinan Cinderella.

Seminggu setelah perkawinan itu, barulah Tahir dipanggil untuk menghadap sang mertua. Di sinilah Tahir didoktrin bagaimana memasuki keluarga Dr Mochtar Riady sebagai menantu. Saya baru tahu dari buku ini bagaimana seorang menantu dalam keluarga Tionghoa harus diperlakukan. Saya pun lantas menghubungi beberapa teman Tionghoa untuk membandingkannya. Tidak semuanya seperti itu. Ada yang seperti itu, ada pula yang tidak.

Meski Tahir merasa tertekan, tersisih, dan terabaikan, dari buku ini saya memperoleh kesan bahwa banyak juga jasa Mochtar Riady kepada Tahir. Dalam istilah yang diakui Tahir, sang mertua memang tidak pernah memberikan modal, tapi telah memberikan panggung, stempel, dan kop surat. Maksudnya, dengan menjadi menantu Mochtar Riady, dia mengalami kemudahan untuk menemui siapa saja.

Bahkan, sebenarnya lebih dari itu. Saat Tahir mengalami kebangkrutan yang pertama, Mochtar Riady memberikan pinjaman. Memang harus dikembalikan. Tapi, pinjaman itu tetaplah bermakna besar. Bahkan ketika Tahir mengalami kebangkrutan kedua, yang lebih parah, sang mertua juga memberikan pinjaman. Memang jumlahnya tidak bisa melunasi seluruh utangnya kepada pihak Singapura, tapi tetaplah tidak ternilai maknanya.

Apalagi, saat kebangkrutan kedua itu, Mochtar juga meminta Tahir untuk menjadi top executive perusahaan garmen milik sang mertua. Lantaran ditugasi mengurus garmen itulah, Tahir memperoleh momentum luar biasa untuk kebangkitan berikutnya. Hingga menjadi konglomerat sampai sekarang. Yakni, ketika Tahir bertemu Dirjen Perdagangan Luar Negeri yang memberinya kuota ekspor garmen ke Amerika dalam jumlah yang luar biasa.

Tahir mengakui itu. Menceritakan itu. Dan menganggapnya, itulah bagian dari panggung yang diberikan oleh sang mertua. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan