Dipercaya untuk Tidak Mendekati Bisnis

[tie_list type=”minus”]Buku Curhat Menantu Konglomerat (1)[/tie_list]

INILAH buku baru yang begitu diluncurkan minggu lalu langsung menjadi bahan bisik-bisik di kalangan konglomerat Indonesia. Sebagian isinya memang sexy. Bagus untuk jadi bahan gosip: curhat habis-habisan seorang menantu tentang mertuanya. Menariknya, sang mertua adalah konglomerat yang begitu besar: Dr Mochtar Riyadi. Dan sang menantu adalah juga konglomerat yang merasa tertekan: Dr Tahir.

NEW HOPE 22 Oleh: Dahlan IskanMaka, kalau membaca buku ini, sebaiknya jangan hanya di bagian yang sexy itu saja. Bisa salah paham. Bisa mendapat kesan yang mengganggu pikiran: Begitu burukkah hubungan mertua dan menantu ini? Begitu negatifkah seorang menantu menilai mertuanya?

Buku ini berjudul Dato Sri Prof. Dr. Tahir, Living Sacrifice, diterbitkan Gramedia. Ini memang buku biografi Dr Tahir, pengusaha kelahiran Surabaya itu. Penulisnya seorang wartawati dan novelis yang sangat produktif: Alberthein Endah. Alberthein inilah yang juga banyak menulis buku biografi tokoh Indonesia, termasuk Ibu Ani Yudhoyono.

Mungkin, pada intinya, Dr Tahir ingin sekadar klarifikasi: bahwa kejayaannya saat ini bukanlah karena uang dari mertua. Tahir, rupanya, sangat risi dengan omongan seperti ini: Enak ya jadi menantu konglomerat, pasti diberi banyak modal dari mertua. Tahir, menurut buku itu, perlu klarifikasi demi kehormatan dan martabat dirinya, keluarganya, dan terutama anak-anaknya.

Tahir merasa tidak sepeser pun diberi modal oleh mertua. Dari segi materi nol, katanya. Bahkan, sang mertualah yang masih punya utang kepadanya. Sebesar 2,5 juta dolar.

Dalam buku ini, tersurat betapa Tahir merasa begitu tertekan di tengah keluarga mertuanya. Tidak ada kehangatan berada dalam keluarga konglomerat itu. Yang ada adalah jarak. Tahir pun merumuskan kalimat yang menarik yang menggambarkan keluarga Mochtar Riyadi: Seorang konglomerat yang telah mempercayai saya menjadi menantunya, sekaligus tidak mengizinkan saya merapat pada bisnisnya.

Padahal, Tahir merasa telah menempatkan diri sebagai menantu yang baik. Bahkan, Tahir merasa telah mempertaruhkan nyawanya untuk menjadi benteng keluarga Mochtar Riyadi. Yakni, ketika Tahir harus menghadapi mafia internasional yang mengancam keselamatan keluarga mertua. Tahir secara khusus menguraikan episode ini di dalam bukunya itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan