Rupiah Dekati Rp 14.500

Ekonom INDEF Eko Listyanto mengungkapkan, depresiasi nilai tukar rupiah yang hampir menyentuh Rp 14.500 masih disebabkan oleh sentimen eksternal. ”Isu utama penyebab melemahnya nilai tukar rupiah kali ini adalah keputusan The Fed melalui FOMC meeting besok,” ujarnya kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres), kemarin (16/9).

Eko mengungkapkan, masih sulit memprediksi keputusan apa yang akan diambil oleh Bank Sentral AS tersebut. Sebab, lanjutnya, masih banyak pro dan kontra yang mengiringi keputusan yang akan diambil Janet Yellen besok.

”Dari pemimpin-pemimpin cabang Bank Sentral AS sendiri juga masih pro kontra soal kenaikan fed funds rate. Sebab, meski data pengangguran sudah on the track di bawah 6 persen. Namun capaian inflasi di AS masih dianggap belum memenuhi target,” katanya. Namun, meski diiringi oleh adanya pro kontra kenaikan suku bunga, hak veto tetap ada di tangan Yellen.

Selain itu, mempengaruhi nilai tukar rupiah yang terus tertekan, FOMC meeting juga dianggap dapat memberikan pengaruh pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dilaksanakan besok (17/9).

Sebab, jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga, maka ada indikasi BI rate akan ikut naik. Namun, jika The Fed memutuskan untuk menunda kenaikan suku bunganya, maka BI rate akan tetap dipertahankan.

”Tetapi, bagaimanapun juga BI adalah lembaga yang independen. Memang ada indikasi bahwa FOMC meeting akan mempengaruhi RDG besok. Namun, hal itu bukanlah semata-mata pertimbangan BI dalam mengambil keputusan,” urainya.

Data-data indikator lain seperti capaian inflasi di tanah air maupun defisit neraca berjalan juga menjadi acuan bagi BI untuk mengambil keputusan. Namun, diakuinya, meski data neraca perdagangan yang dirilis Selasa (15/9) menunjukkan hasil surplus, hal tersebut belum mampu meredam gejolak pelemahan nilai tukar rupiah.

Selain BI, lanjutnya, keputusan The Fed juga ikut mempengaruhi hampir seluruh negara. Bahkan, negara maju sekalipun ikut mempersiapkan diri menghadapi keputusan FOMC meeting. Eko mencontohkan pada Tiongkok dan Inggris yang jauh-jauh hari telah mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed.

”Tiongkok sudah mengambil langkah duluan untuk mendevaluasi mata uangnya. Tidak ketinggalan juga Bank Sentral Inggris yang juga berencana mulai menaikkan suku bunganya. Banyak negara-negara yang sudah mempersiapkan diri terhadap keputusan FOMC meeting besok,” katanya. (owi/gen/dee/lus/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan