Iti Pingsan Sebelum Tertimpa Crane

Dia menjelaskan, sempat berkomunikasi dengan ibunya sebelum ibunya meninggal, yaitu pada hari Selasa (8/9). Saat itu, ibunya menanyakan tentang kondisi anak-anaknya di rumah. Menurutnya, tidak ada tanda-tana kepergian dari ibunya. Bahkan, sering menanyakan kabar di rumah.

”Ibu juga sempat berpesan agar jangan berantem di rumah. Semua saudara harus akur,” ucapnya.

Menurutnya, Iti sangat sedang terkait pergi ke tanah suci. Lebih senang dibandingkan ayahnya. Kepergian hajinya sudah dipersiapan selama lima tahun. Korban mendaftar dengan memakai ONH biasa. Korban sehari-hari merupakan ibu rumah tangga. Sedangkan suaminya pensiunan PNS.

Sementara itu, Kholishin 45, salah satu jamaah haji asal Kabupaten Bandung mengungkapkan, sebelum kejadian ada badai besar.

”Tiba-tiba langit gelap, suara gumuruh dan suara keras yang terjatuh di Masjidilharam. Crane terjatuh pas ke dalam tempat tawaf yang dekat kabah dan menimpa ratusan jamaah haji yang sedang beribadah,” ungkap Kholisih kepada Bandung Ekspres via telepon kemarin.

”Kami panik dan berlarian. Ada yang terpeleset dan jatuh, pada saat itu kami benar-benar berpasrah diri pada Allah SWT. Sebab, tidak tahu lagi harus berbuat apa,” ujarnya.

Kholishin juga menjelaskan, aktivitas di Masjidil Haram berangsur normal. ”Bahkan, kami pun sudah bisa melaksanakan salat subuh secara normal, evakuasi korban dan aparat keamanan sudah tidak ada lagi. Semua puing-puing serta bercak darah pun sudah dibersihkan, namun garis polisi masih terpasang di sekitar tempat jatuhnya crane,” paparnya. (mg5/yul/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan