Selain berkuranganya defisit air, lanjut Arif, Diskamtam saat ini hanya memiliki tujuh armada dengan masing-masing mempunyai kapasitas tanki 1.000 liter. ’’Saat ini kita hanya mempunyai tujuh armada. Jumlah tersebut tentu kurang kalau untuk menyiram tiga kali sehari,’’ papar dia.
Kota Bandung saat ini memiliki 18 taman tematik, serta ratusan tanaman median yang berada di bahu jalan. Diantaranya kawasan Jalan Asia Afrika dan pintu masuk Kota Bandung, Pasteur. ’’Median di Pasteur dan Kiaracondong terlihat kering. Padahal kita sudah melakukan penyiraman sehari dua kali untuk median itu, minimal,’’ papar dia.
Data musim kemarau panjang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Bandung. Prakirawan BMKG Kota Bandung Susiani menjelaskan, panjangnya musim kemarau kali ini juga dipengaruhi oleh adanya fenomena el nino.
Pada 2015 ini, el nino memicu kekeringan di sebagian wilayah Indonesia sehingga harus diantisipasi dengan seksama terutama oleh pemerintah. ’’El nino ini memberi dampak kekeringan yang harus diantisipasi oleh sejumlah pemangku kepentingan,’’ paparnya di Kantor BMKG Bandung, Jalan Cemara, Nomor 66, Kota Bandung, belum lama ini.
Sektor yang harus melakukan antisipasi akibat kekeringan itu adalah pertanian dan kehutanan. Pasalnya, kata dia, el nino membuat uap air di sebagian kawasan Indonesia relatif sedikit. Dampaknya, curah hujan menjadi sedikit dan membuat cadangan air berkurang dan memicu kekeringan.
El nino sendiri merupakan gejala penyimpangan kondisi meningkatnya suhu permukaan laut yang signifikan di area Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa. Khususnya, bagian timur dan tengah. Fenomena alam ini berdampak pada pengurangan jumlah curah hujan secara drastis di Indonesia. (fie/mgu-sis/kha/far)