Sejauh Ini Rupiah Masih Oke

[tie_list type=”minus”]BI Tanggapi Kurs di Posisi Terlemah[/tie_list]

JAKARTA – Libur Lebaran tidak membuat rupiah bebas tekanan. Bahkan, dalam perdagangan pada hari pertama setelah libur Lebaran, rupiah langsung dihantam dolar Amerika Serikat (USD) hingga terdepresiasi ke level terlemah sepanjang tahun ini.

Nilai tukar rupiah
DANIL SIREGAR/JPPHOTO

BEBAS TEKANAN: Teller menghitung uang dolar saat melayani nasabah di salah satu tempat penukaran mata uang asing di Jalan Juanda Medan, Jumat (5/6). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih cenderung melemah, bahkan dolar AS sudah menyentuh level Rp 13.300.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengakui, pergerakan rupiah cukup fluktuatif karena baru sedikit pelaku pasar uang yang aktif dan mayoritas mencari USD sehingga memicu depresiasi rupiah ”Tetapi, sejauh ini masih oke,” ujarnya baru-baru ini.

Dari data kurs tengah BI berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (JISDOR), kemarin rupiah ditutup di posisi 13.368 per USD, melemah 39 poin jika dibandingkan dengan penutupan hari terakhir sebelum libur Lebaran (15/7) di posisi 13.329 per USD.Jika dicermati, level 13.368 per USD tersebut memang merupakan rekor terlemah rupiah sepanjang tahun ini. Pada pembukaan perdagangan 2 Januari 2015, rupiah berada di level 12.474 per USD, lalu sempat menyentuh level terkuat pada 23 Januari 2015 di posisi 12.444.

Namun, setelah itu, rupiah terus tertekan karena perlambatan ekonomi dalam negeri dan isu kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Rupiah pun menembus level psikologis 13.000 per USD pada 5 Maret 2015 saat ditutup di level 13.022 per USD. Rupiah lalu berfluktuasi di kisaran 12.900-13.300 per USD sebelum kemarin ditutup di posisi 13.368 per USD.

Meski rupiah terus tertekan, Agus Marto tetap berusaha menenangkan pasar. Dia menyebutkan, data-data makroekonomi Indonesia menunjukkan sinyal positif. Misalnya, inflasi sepanjang pekan pertama Juli terjaga di kisaran 0,4 persen; neraca perdagangan surplus; serta defisit transaksi berjalan (CAD) berpotensi membaik ke kisaran 2,5 persen produk domestik bruto (PDB). ”Kecuali pertumbuhan ekonomi yang melambat, data-data lain cukup positif,” katanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan