Anak Usaha Telkom Bangun 1.000 Menara

ANAK perusahaan PT Telkom Tbk, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), optimistis dapat membangun 1.000 menara telekomunikasi sepanjang tahun ini. Dengan begitu, menara yang dioperasikan Mitratel meningkat dari posisi tahun lalu 5.300 unit menjadi 6.300 unit di awal 2016.

Menara Telekomunikasi - bandung ekspres
PT Dayamitra Telekomunikasi , Mitratel , Pembangunan 1000 menara telekomunikasi

”Target kami tahun ini yang dioperasikan bertambah 1.000 menara. Jadi awal tahun depan kami sudah memiliki 6.300 menara, atau meningkat 20 persen dibanding tahun lalu. Bahkan bisa 40 persen kalau digabung sama micropole (tiang tunggal) yang tahun ini dibangun sebanyak 1.000 unit,” ujar Dirut Mitratel David Bangun.

Pertumbuhan jumlah menara itu di atas pertumbuhan rata-rata industri menara telekomunikasi sepanjang 2015 yang diprediksi maksimal hanya 10 persen. Bahkan, lanjut dia, pertumbuhan industri diperkirakan menurun karena banyak operator yang mengoptimalkan penggunaan menara lama. ”Mereka menunggu perkembangan kondisi ekonomi nasional,” tukasnya.

Mitratel merupakan anak usaha PT Telkom yang bermain di bisnis penyediaan menara. Perusahaan pelat merah tersebut menguasai 100 persen saham Mitratel. Akhir 2014, Telkom berencana menggabungkan Mitratel dengan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). ”Kita akan terus bangun menara karena Indonesia itu luas,” tegasnya.

Ketua Umum Masyarakat Telematika (Mastel) Kristiono menilai rencana penggabungan melalui aksi tukar guling (share swap) sangat tepat. Langkah itu sesuai dengan kecenderungan industri secara global. ”Apa yang dilakukan Telkom adalah upaya agar perusahaan tersebut semakin efisien. Upaya itu sedang tren di dunia telekomunikasi global,” katanya.

Dengan bergabung, lanjut dia, bisa menciptakan efisiensi infraatruktur. Pasalnya kedua perusahaan penyedia menara itu bisa berbagi fasilitas dan infrastruktur.

”Infrastruktur bisa sharing, jadi tidak harus punya infrastruktur sendiri-sendiri. Dan itu sudah terjadi di belahan dunia yang lain, hampir semua negara sudah melakukan efisiensi infrastruktur seperti itu,” ungkapnya.

Apalagi, kata Kristiono, Kemenkominfo saat ini sangat mendorong terjadinya efisiensi industri. Salah satu efisiensi industri itu adalah sharing infrastruktur, bukan hanya sharing infrastruktur yang pasif tapi juga infrastruktur yang aktif. ”Karena sekarang ini industri secara ovel all tidak efisien, pemainnya banyak dan revenue hingga net profit semakin kecil,” jelasnya. (wir/agm/mio)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan