Audit Tak Bermasalah

[tie_list type=”minus”]Polisi Periksa Dahlan Terkait Terobosan Cari BBM Murah[/tie_list]

JAKARTA – Semangat efisiensi yang digagas Dahlan Iskan saat menjadi Dirut PLN malah dinilai bermasalah. Dahlan kemarin (22/6) diperiksa sebagai saksi terkait dengan penyelidikan pengadaan bahan bakar minyak (BBM) jenis high speed diesel (HSD) pada 2010. Pengadaan itu sebenarnya terobosan Dahlan agar PLN bisa berhemat membeli BBM.

Pengacara Dahlan, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, selama bertahun-tahun PLN membeli BBM dari Pertamina dengan harga yang lebih mahal daripada pasaran. Saat memimpin PLN, Dahlan beberapa kali mengirimkan surat kepada Pertamina agar dilakukan penurunan harga. Tapi, permohonan PLN itu tak pernah ditindaklanjuti Pertamina.

’’Atas dasar itu, PLN mencoba melakukan tender di beberapa tempat yang mereka telah memiliki jetty (dermaga untuk pengiriman minyak, Red) sendiri,’’ terang Yusril.

Dalam melaksanakan tender itu, PLN masih memikirkan semangat nasionalisme. Untuk membela produksi minyak dalam negeri, sejak awal tender PLN menetapkan aturan right to match (RTM). Artinya, ketika pemenang tender adalah perusahaan asing, perusahaan dalam negeri bisa menjadi pemenang apabila bisa menyamai penawaran perusahaan asing. Apabila ada beberapa perusahaan dalam negeri yang berminat me-right to macth tender yang dimenangi perusahaan asing, peringkat terdekatlah yang mendapatkan hak lebih dulu.

’’Aturan semacam itu sudah umum terjadi di dunia,’’ ujar Yusril. Juga, ketika itu tender PLN untuk membeli HSD dengan aturan RTM dipublikasikan di media nasional.

Menurut Yusril, kebutuhan BBM PLN pada 2010 sebanyak 9 juta ton. Sedangkan yang ditender hanya 2 juta ton untuk kebutuhan lima lokasi di mana PLN punya jetty. Yakni, Medan, Tanjung Priok, Muara Tawar, Semarang, dan Gresik.

Sejumlah perusahaan pun ikut. Baik dalam maupun luar negeri. Agar peserta tender merupakan perusahaan yang memiliki kualifikasi bagus, Sucofindo diminta untuk menilai. Tender di lima titik itu akhirnya dimenangi Shell (4 titik) dan Pertamina (1 titik). Sebagai catatan, Pertamina memenangi tender di satu titik tersebut dengan harga di bawah BBM sebanyak 7 juta ton yang tidak melalui proses tender.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan