”Puluhan anak sekolah yang dibawanya itu sebagian terlempar, sebagian lagi ikut terbalik dan tertimpa truknya. Truk itu tertanam di lumpur parit kebun itu,” tambahnya.
Pasaribu mengatakan, evakuasi korban tidak dapat segera dilakukan. Sebab, lokasinya terbilang jauh dari keramaian. Upaya pertolongan baru dapat dilakukan setelah 1 unit alat berat mengangkat badan truk yang menutupi para korban di dalam parit tersebut.
”Yang masih hidup dan kritis langsung dilarikan ke puskesmas dan bidan setempat untuk mendapat petolongan,” ujarnya.
Menurut Ricard Tamba, 15, salah satu korban selamat yang didamping ibunya R Br Siregar di Puskesmas Mandumas mengatakan saat itu dua truk membawa pelajar yang dia tumpangi mendahului kendaraan lainnya. Namun tiba-tiba truk yang mereka tumpangi seperti di rem mendadak. Sejumlah penumpang terdorong ke depan dan ada yang terjatuh dari bak truk.
”Kemudian truk itu terbalik dan kami sudah berada di parit yang basah dan berlumpur. Ada beberapa kawan yang teriak minta tolong. Banyak suara minta tolong di bawah bak truk itu. Ada sekitar satu jam kami berada di bawah truk itu barulah truknya terangkat. Bapak saya datang menolong saya,” ujar Ricard.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan ikut menyoroti kasus kecelakaan truk yang menewaskan 17 siswa di dalamnya di Tapanuli Tengah, Sumut.
Menurut Anies selama ini masih ada kecenderungan meremehkan keselamatan siswa menuju sekolah.
Anies mengatakan kecelakaan seperti yang dialami 17 siswa di Tapanuli Tengah itu bisa juga terjadi pada bidang pekerjaan apapun. ”Bisa terjadi dalam bekerja atau belajar. Dalam menuju lokasi bekerja atau lokasi belajar,” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut Anies, kita sering menyesali ketika kecelakaan yang mengorbankan siswa sudah terjadi. ”Padahal kasus seperti ini bisa diantisipasi,” katanya.
Misalnya kasus kecelakaan itu yang di sebabkan bas lepas, bisa diantisipasi dengan pengecekan rutin kondisi atau kelayakan kendaraan. Apalagi kendaraan ini dipakai untuk mobilisasi siswa menuju sekolah sehari-hari.
Dia berharap mulai sekarang urusan safety siswa menuju dan pulang dari sekolah tidak bisa dibebankan kepada sekolah atau orangtua siswa saja. Mantan rektor Universitas Paramadina Jakarta itu mengatakan, seluruh orang dewasa harus mulai menunjukkan perhatian terhadap perjalanan siswa menuju sekolah. ”Mari kita anggap mereka itu adalah adik-adik kita sendiri. Bukan anak bapak ini atau bapak itu,” jelasnya.