[tie_list type=”minus”]Polisi Kesulitan Cari Korban Tertimbun [/tie_list]
PANGALENGAN – Hasil pencarian korban tertimbun longsor Pangelangan hingga kemarin (8/5), belum signifikan. Empat warga setempat, yakni Kampung Cibitung, Desa Margamukti, belum juga ditemukan. Padahal, alat berat sudah digunakan, mengerahkan ratusan personel dan dibantu anjing pelacak.
Sampai-sampai, saat upaya evakuasi dilakukan, muncul seorang warga yang mengajukan diri melakukan ritual ilmu kebatinan. Bertujuan mencari korban dan menjadi pawang hujan. Dia adalah seorang ibu bernama Ai Rohanah, warga RT 03/RW 24 Kampung Mekarmulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan.
Ai pun meminta izin mempraktikkan upaya itu kepada Kepala BPBD Kabupaten Bandung Marlan. ’’Atas izin Allah, semoga pencarian ini diberikan petunjuk,’’ kata Ai yang juga guru SD ini.
Lalu, dia memejamkan mata. Mengangkat kedua tangan dalam kondisi bergetar, sambil memeragakan tenaga dalamnya. Hasilnya, dapat dua titik yang diprediksi jadi lokasi korban tertimbun longsor.
Tapi, pencarian korban dihentikan setelah waktu salat Jumat tiba. Setelah itu, jamaah yang diimami Ustad Udin melaksanakan salat ghaib dan tawasul. Bersama mendoakan korban yang belum ditemukan.
Sementara itu, Kapolres Bandung AKBP Erwin Kurniawan belum bisa memastikan penyebab longsor. Sebab, masih menungu penelitian yang melibatkan Basarnas, BPBD dan ahli geologi. ’’Kami hadirkan 14 saksi ahli dan warga. Termasuk BPBD,’’ ucapnya.
Kapolres mengaku, kesulitan mencari empat korban karena luas lahan mencapai 13 hektare. Apalagi, jika sudah lebih dari tiga hari, maka jenazah mulai membusuk. Karena itu, pihaknya menggunakan empat anjing pelacak untuk mengendus pencarian.
Di tempat terpisah, Toni Permana, wakil Ketua Bidang Hukum dan HAM DPC PDIP Kabupaten Bandung menyatakan, bencana longsor diduga dipicu ledakan pipa gas PT Star Energy Geothermal. Oleh karena itu, harus ada kajian ulang secara meyeluruh terhadap eksplorasi yang dilakukan perusahaan tersebut.
’’Jangan sampai masyarakat terkena dampak dan dirugikan dari pengerjaan eksplorasi panas bumi tersebut,’’ ujarnya.
Berkaca dari kejadian longsor ini, kata dia, menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar, khususnya yang tinggal di kawasan proyek eksplorasi panas bumi. Artinya, perusahaan pengelolanya harus memperhatikan kondisi tersebut. Termasuk, dilakukan kajian terhadap seluruh proses eksplorasi panas bumi di Kabupaten Bandung. Seperti di Patuha dan Ibun. Agar, tidak lagi terjadi longsor dan jatuh korban.