Peluang Indonesia di Piala Sudirman

JAKARTA – Demi melapangkan jalan ke melaju jauh di Piala Sudirman 2015, Indonesia membidik juara grup. Denmark yang tak menurunkan kekuatan penuh dan Inggris yang punya kelas di bawah pasukan ‘Merah Putih’ diprediksi bakal memuluskan jalan.

Indonesia tergabung pada Grup C bersama Denmark dan Inggris pada Piala Sudirman yang bergulir mulai 10-17 Mei di Dongguan, China. Di antara tiga tim itu, Indonesia menjadi unggulan kedua. Denmark-lah yang menjadi unggulan pertama. Maka, Denmark menjadi perhatian utama Hendra Setiawan dan kawan-kawan.

Menilik kemampuan per individu dengan Denmark, rasanya sulit bagi Indonesia untuk lolos ke perempatfinal sebagai juara grup. Tapi, Indonesia mendapatkan keuntungan dengan pengumuman mengejutkan Denmark saat pendaftaran pemain.

Denmark tak bisa menurunkan pemain-pemain terbaik. Ganda putri paling top Denmark Kamilla Rytter Juhl dan Christinna Pedersen, yang kini ada ada di urutan kelima dunia, menarik diri dari tim nasional.

Begitu pula pasangan Christina di sektor ganda campuran, Joachim Fischer-Nielsen (peringkat keempat). Ganda putra Mathias Boe dan Carsten Mogensen (nomor dua dunia) juga memutuskan untuk meninggalkan timnas.

Lima pemain itu menolak memperkuat timnas karena masalah sponsor. Sponsor individu Kamilla dkk. adalah kompetitor kuat sponsor timnas Denmark ke Piala Sudirman. Hingga mendekati pendaftaran pemain ditutup, tak ada kesepakatan antara lima pemain itu dan federasi bulutangkis Denmark.

”Apapun yang terjadi aku berjanji kalau kami, lima pemain ini, akan terus bermain dan akan menepok kok dengan lebih giat. Kami terluka sekarang tapi kami akan kembali dan bisa lebih kuat. Mungkin Anda kecewa dengan keputusan ini tapi tak satupun pemain yang layak diperlakukan seperti ini.” Begitulah kalimat yang diunggah di laman Facebook ‘Kamilla Rytter Juhl and Christinna Pedersen’.

PBSI melihat situasi itu sebagai sebuah keuntungan. Menilik skuat pemain yang bakal bertarung, Indonesia hanya kalah di sektor tunggal putra. Namun, PBSI memang seolah ‘mengorbankan’ sektor tunggal putra dengan menurunkan pemain-pemain yang belum mencapai level Super Series Premier.

”Situasi itu sangat menguntungkan kami. Tapi mereka masih mempunyai tunggal putra yang tangguh,” kata Rexy Mainaky, ketua bidang pembinaan dan prestasi PP PBSI.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan