Hanya Tiga SMP

Menjelang pelaksanaan ujian, Kemendikbud menemui sedikit masalah. Yakni laporan kekurangan naskah ujian. Laporan ini masuk dari Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Ngada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Setelah dilakukan klarifikasi, ternyata yang kurang itu adalah naskah unas SMP untuk program susulan. Nizam menjelaskan unas susulan berlangsung sepekan lagi. Pihak percetakan sudah bersedia memenuhi kekurangan naskah itu. ’’Masalah sudah selesai,’’ tandasnya.

Nizam juga menerangkan perkembangan persiapan unas SMP yang berbasis komputer. Tahun ini, ada 42 unit SMP di seluruh Indonesia yang menyelenggaraan Unas berbasis komputer. Dengan jumlah unit sekolah yang sedikit, Nizam optimistis tidak akan ada masalah krusial dalam pelaksanaan Unas CBT ini.

Sejak Sabtu (2/5), kata dia, sudah dilaksanakan sinkronisasi komputer server yang ada di setiap ruang ujian dengan komputer server di Kemendikbud. Sekolah-sekolah yang sudah berhasil sinkronisasi data, sudah disterilkan. Tidak boleh ada orang yang berada di sekitar kelas pelaksanaan Unas CBT. Tujuannya untuk menjamin soal ujian berbasis komputer tidak bocor.

Nizam mengatakan proses sinkronisasi komputer ini sekaligus pengunggahan atau uploading soal ujian. Dia menjelaskan sebelum proses sinkronisasi, komputer sudah terisi naskah ujian. Tetapi hanya naskah contoh yang dipakai siswa untuk tryout atau ujicoba. Sementara untuk butir soal Unas yang sesungguhnya, belum bisa dibuka, hingga pelaksanaan ujian berlangsung.

Dia mengingatkan baik unas berbasis kertas maupun berbasis komputer, harus dijaga dengan baik. Sebab nilai unas SMP tahun ini tetap memiliki fungsi yang penting. Selain sebagai pemetaan kemampuan siswa, juga dipakai sebagai pertimbangan penerimaan siswa baru di SMA.

Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo juga memberikan pesan kepada seluruh guru yang terlibat menjadi pengawas ujian. Dia menuturkan para guru harus menjaga kejujuran dan ketertiban. ’’Jaga jangan sampai ada kebocoran atau kecurangan di ruang ujian,’’ tandasnya.

Para pegawas harus bisa menjamin ketenangan di ruang ujian. Sehingga siswa bisa bekerja dengan kemampuan sendiri-sendiri. Kemudian saat menetapkan kelulusan siswa, Sulistyo berharap guru atau sekolah memberikan penilaian atau penghargaan sesuai dengan prestasi akademiknya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan