COBLONG – Pameran hijab dan busana muslim terbesar Indonesia Hijab Festival (Hijabfest) kembali digelar. Di tahun kelimanya, Hijabfest mengambil tema vintage. Hal ini terlihat dari desain setiap tenant dan tren busana yang ditawarkan setiap peserta pameran.
Anna Ashariani selaku panitia Hijabfest menjelaskan, misi Hijabfest tidak berubah sejak tahun pertama digelar di Surabaya. Yakni, ingin mengajak muslimah berjilbab dan memasyarakatkan hijab hingga level internasional.
’’Kami berusaha tampilkan tren berbeda setiap tahun. Sekarang trennya monochrome dan boyish gitu,’’ ujarnya kepada Bandung Ekspres di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari, Kamis (30/4) lalu.
Meski begitu, sambung perempuan yang akrab disapa Dean ini, tema vintage hanya konsep. Artinya, tidak harus semua produk sesuai dengan tema jadul itu. Tren berbeda, begitupun dengan jumlah peserta pameran. Tercatat tahun ini hanya melibatkan 92 brand.
Menurut Dean, hal itu karena tim panitia dari Hijabfest sangat ketat menyeleksi brand yang masuk. Sebab, Hijabfest tidak mau menerima reseller. Dia mengaku, tim harus meninjau produk-produk yang ditawarkan semua brand calon peserta pameran untuk Hijabfest kelima ini. ’’Biar bisa lihat langsung kualitas barangnya,’’ jelas dia.
Dalam satu hari, brand yang daftar untuk jadi peserta pameran mencapai 300. Jumlah waiting list pun sampai 60 brand. Menurut Dean, ini merupakan bukti bahwa antusias para pengusaha apparel dan busana muslim sangat tinggi. Adapun brand peserta pameran didominasi dari dua kota. Yakni, Bandung dan Jakarta. Sejumlah brand milik desainer dan artis ternama pun hadir di sini. Di antaranya, Meccanism dari Zaskia Adya Mecca, Dian Pelangi, GDA’s dari Ghaida (putri Aa Gym), dan SV dari Sarah Vi.
Brand-brand indipenden juga tak mau kalah. Sebut saja, Maima, Nadjani, Monel, Ridcoll, Radwah dan Anggia Handmade. Dean mengatakan, keterlibatan mereka merupakan bentuk dukungan dari Hijabfest. ’’Supaya lebih pede, nggak kalah sama desainer dan brand-brand senior,’’ ucapnya.