[tie_list type=”minus”]Produk Tiongkok Tetap Laku Meski Packaging Kurang Menjual[/tie_list]
SEBERAPA banyak Anda menemukan barang-barang bertuliskan made in China? Tulisan itu memang bisa ditemukan di produk apa saja. Tapi, paling banyak produk elektronik. Meski banyak yang memandang rendah, namun tidak dapat dipungkiri bahwa produk dari Tiongkok banyak dicari oleh masyarakat.
Wakil Dekan II Fakultas Teknik Universitas Pasundan Ir. Rizki Wahyuniardi MT mengatakan, produk Tiongkok lebih worth to buy ketimbang produk lainnya. Sehingga, dapat menguasai pasar. ’’Seperti yang kita tahu, kebanyakan produk Tiongkok harganya miring, konsumen pasti akan berpikir dengan harga segini apa yang akan dapatkan. Meski kualitas bisa dibilang di bawah market leader, namun dengan harga yang ditawarkan cukup valueable,’’ terang Rizki belum lama ini.
Dosen yang memiliki latar pendidikan teknik industri itu menjelaskan, untuk menguasai pasar, setiap produk harus menawarkan barangnya sebagai ‘paket’. ’’Packaging adalah yang terpenting, harus direncanakan sedemikian teliti hingga tahap purna jual,’’ ujarnya.
Namun, jika dilihat di pasaran, kebanyakan produk Tiongkok tidak memiliki layanan purna jual. Anehnya, produk Tiongkok tetap laku di pasaran. Mengenai hal itu, Rizki memprediksikan konsumen melihat value berbanding dengan price. ’’Perbedaan harga antara brand yang kuat dengan produk Tiongkok tentunya jadi value tersendiri yang akan didapatkan konsumen, dengan perbedaan harga itu, konsumen mungkin tidak memikirkan layanan purna jual karena mewajarkan dengan harga yang mereka bayar,’’ jelas dia.
Menurut pandangan dia, meski mendominasi pasar, produk Tiongkok tidak akan mudah menjadi leader di Indonesia. Kekurangan produk Tiongkok adalah brand image yang masih rendah. Begitu juga produk lokal.
Mengenai produk lokal yang ‘melempem’ dalam market share perindustrian, terutama teknologi dan elektronik, disebabkan masih minimnya SDM yang mampu membuat perencanaan yang matang. Dari mulai rencana produk, Standard Operational Program, hingga layanan purna jual. Selain itu produk lokal tentunya kalah branding.
Dia menambahkan, jika produk lokal ingin bersaing dalam pasar, industri di Indonesia harus mengolaborasikan industri dari kelompok UKM dengan industri besar. Dengan berkolaborasi dan perbaikan SDM, dia yakin industri lokal mampu bersaing.