Perlu Lokasi Sedimentasi

Untuk Melancarkan Normalisasi Sungai

BATUNUNGGAL – Normalisasi sungai di Kota Bandung saat ini mengalami kendala. Pasalnya, Kota Bandung belum memiliki tempat pembuangan sedimen hasil dari pengerukan. Padahal, setiap kali dilakukan pengerukan sungai, dihasilkan tujuh ton sedimen.

Pengerukan sungai merupakan salah satu upaya untuk membantu mengurangi ancaman banjir ketika hujan datang. Saat ini, Pemerintah Kota (pemkot) Bandung menyediakan dua unit spider backhoe, alat pengeruk sungai, yang bisa ‘dipinjam’ warga. Selain itu 1.500 pasukan penggali gorong-gorong disebar di setiap kecamatan.

Sekretaris Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, DBMP masih belum memiliki solusi mengenai masalah tersebut. Bahkan DBMP juga pernah menawarkan sedimen gratis bagi siapapun yang membutuhkannya melalui akun twitter @dbmpkotabdg.

Ketika hujan deras terjadi, sedimen-sedimen dari sekitaran Kawasan Bandung Utara (KBU) terseret aliran air. Hal ini terjadi karena minimnya daerah resapan yang ada di sekitaran KBU. Fungi Spider Backhoe sendiri adalah untuk mengangkut sedimen yang mandet di dasar sungai dan membuat aliran air menjadi tinggi. Sedimentasi ini meningkatkan ketinggian dasar sungai. Akibatnya, air bisa meluap dan mengakibatkan banjir.

Belakangan ini, kata dia, alat berat pengeruk sungai hanya ditempatkan di daerah rawan banjir. Seperti, di sekitaran Jalan Djunjunan. Didi mengatakan, untuk memaksimalkan kinerja spider backhoe maka pemkot harus menyediakan tempat pembuangan sedimen terlebih dahulu. ’’Kalau sudah ada lahan pembuangan sedimen, normalisasi sungai dapat bekerja maksimal,’’ tandasnya.

Di sisi lain, kirmir sungai yang berada di Kota Bandung juga dibenahi. Rencananya, kirmir akan dibuat permanen. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terjadinya pergeseran tanah akibat tingginya curah hujan yang terjadi di wilayah Bandung dalam beberapa hari terakhir.

Kepala Bidang Pengairan DBMP Kota Bandung Sihar Pandapotan menjelaskan, pengecekan tanggul sungai menjadi hal yang rutin. Dia sendiri punya petugas penyangga bendung 33 orang. ’’Kalau lihat ada tanggul atau kirmir yang retak akan masuk ke bagian perencanaan. Dari situ akan dibuat RAB (Rencana Anggaran Biaya)-nya untuk segera diperbaiki,’’ jelas dia kepada wartawan baru-baru ini

Tinggalkan Balasan