Respons Harga Premium yang Lebih Rendah daripada Usulan
JAKARTA – PT Pertamina memaksimalkan sejumlah langkah efisiensi, terutama setelah pemerintah menaikkan harga jual BBM jenis premium (oktan 88) dan solar bersubsidi. Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, kenaikan harga premium dan solar memang keharusan seiring kenaikan harga minyak dunia sekitar 11 persen secara rata-rata pada Maret. Juga, nilai tukar rupiah yang tertekan di kisaran Rp 13.000 per USD.
Untuk itu, Pertamina sempat mengusulkan kenaikan menjadi Rp 8.200 per liter untuk premium dan Rp 7.450 untuk solar subsidi. Namun, pemerintah akhirnya memutuskan harga premium Rp 7.400 per liter (Jawa, Madura, Bali) dan Rp 7.300 per liter (daerah lainnya). Lalu, harga solar disubsidi Rp 1.000 per liter menjadi Rp 6.900 per liter.
Dwi mengatakan, keputusan kenaikan Rp 500 per liter untuk dua jenis BBM itu sudah merupakan hasil pembicaraan bersama antara pemerintah dan Pertamina. ”Jadi, kita duduk bersama. Pertamina ini kan milik negara. Jadi, tidak hanya mementingkan kepentingan korporasi, tapi juga menjalankan tugas negara,” ujarnya kepada Jawa Pos (induk Bandung Ekspres).
Dia mengatakan, faktor kurs dan kenaikan harga minyak itu belum sesuai dengan kenaikan sekarang. ”Karena harga minyak masih fluktuatif. Setelah naik, biasanya trennya turun. Nah, kita lebih melihat ke jangka panjang,” jawab mantan direktur utama PT Semen Indonesia Tbk itu.
Di luar itu, Dwi mengatakan, perseroan sudah melakukan sejumlah langkah efisiensi dan akan terus meningkatkannya. Salah satunya dari sisi distribusi yang mulai menurun untuk BBM premium dan solar subsidi di luar Jawa. ”Kelihatannya permintaan di luar Jawa tidak tumbuh. Ketika dulu (premium) masih ada subsidi, permintaan di sana sangat tinggi dan ada yang berkeyakinan diselundupkan ke luar (negeri). Sekarang jauh berkurang dan itu positif,” ujarnya.
Pengalihan impor dari sebelumnya melalui PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral-PES) menjadi ke Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina juga membuahkan efisiensi cukup signifikan. Berdasar hasil monitor selama dua bulan belakangan ini, kata Dwi, Pertamina mendapatkan harga lebih kompetitif dengan penghematan sekitar USD 2 sampai USD 3 per barel. ”Kita harapkan sustain ke depan,” katanya.