JAKARTA – Lama tidak terdengar, virus flu burung (H5N1) kembali muncul. Ironinya kasus flu burung perdana di 2015 langsung memakan korban dua nyawa. Kedua korban itu adalah Ton (Toni Sudianto), 40 dan anaknya MA, 2 warga Kecamatan Cipondoh, Kabupaten Tangerang, Banten.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Ton meninggal pada 24 Maret sedangkan anaknya MA meninggal 26 Maret. ’’Keduanya positif flu burung,’’ kata Tjandra saat dihubungi kemarin (28/3).
Sebagai langkah pencegahan istri dari Ton sampai saat ini menjalani karantina di RS Persahabatan Jakarta. Alasannya adalah, istri Ton masuk kategori orang yang menjelani kontak erat dengan pasien positif flu burung. Namun dalam cek laboratorium untuk ketiga kalinya kemarin sore, istri Ton dinyatakan negatif flu burung.
Menurut Tjandra, istri dari Ton memang sempat demam. Tetapi beberapa hari terakhir kondisinya sehat. Meskipun sehat, Tjandra mengatakan istri Ton harus menjalani karantina di RS Persahabatan dalam beberapa hari. ’’Setelah tiga kali tes dan semuanya negatif flu burung, mungkin sehari dua hari lagi dia boleh pulang,’’ jelas Tjandra.
Selain mengobservasi istri Ton, Tjandra mengatakan Balitbangkes juga menerima kiriman satu sampel tetangga Ton. Setelah dilakukan pengecekan laboratorium, sampel baru itu dinyatakan negatif flu burung. Dengan demikian, Tjandra memastikan sampai saat ini kasus flu burung di Tangerang ini berhenti di Ton dan anaknya saja.
Tjandra menceritakan kontak antara Ton dan anaknya dengan unggas yang diduga terkena flu burung tidak terjadi di sekitar rumahnya. ’’Kontaknya terjadi di suatu daerah di Bogor,’’ jelasnya. Meskipun begitu dinas kesehatan Tangerang tetap melakukan pengawasan lingkungan di sekitar rumah Ton.
Kemenkes juga sudah mengecek kondisi di Bogor, tempat awal penularan flu burung itu. Tetapi tidak ditemukan korban manusia lainnya. Informasi awal mula virus ini dari Bogor diketahui sebelum Ton meninggal dunia. Ton dan anaknya sempat di bawa ke rumah sakit, tetapi nyawanya tidak tertolong.
Tjandra mengakui, virus flu burung belum hilang 100 persen di Indonesia. Untuk itu masyarakat diminta waspada. Masyarakat diminta tidak kontak dengan unggas yang sakit atau mati mendadak. Jika menemukan kasus unggas yang mati mendadak atau sakit, segera lapor ke dinas kesehatan setempat.