Rancabali Retak sampai Cianjur

Ratusan Warga di Enam Kampung Terancam     

RANCABALI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung memperhatikan pergerakan tanah di Desa Cipelah, Kecamatan Rancabali. Sejak dua bulan lalu, lembaga itu juga melakukan hal sama pada korbannya di Desa Rawabogo Kecamatan Ciwidey, karena sebab serupa.

MEMBAHAYAKAN: Petugas menunjukkan lantai masjid yang retak tiga centimeter akibat pergeseran tanah di Rancabali, Kabupateb Bandung.
MEMBAHAYAKAN: Petugas menunjukkan lantai masjid yang retak tiga centimeter akibat
pergeseran tanah di Rancabali, Kabupateb Bandung.

Berdasarkan hasil peninjauan BPBD, terdapat enam kampung yang terdampak pergerakan tanah di Rancabali. Rinciannya, Cisabuk, Giriluyu, Lemah Neundeut, Taneuh Beureum, Babakan Banjaran,dan Pasir Muncang. Rinciannya, 210 rumah yang dihuni 220 KK (702 jiwa) di RT 01-RT 03, RW 07 Lemah Neundeut, Giriluyu,dan Cisabuk. Lalu, 9 rumah yang dihuni 9 KK (40 jiwa) di RT 04, RW 04 Pasirmuncang. Kemudian, 15 rumah dihuni 15 KK (60 jiwa) di RT 02, RW 03 Babakan Banjaran. Terakhir 7 rumah dihuni 7 KK (32 jiwa) di RT 01, RW 16 Gunungleutik.

Seorang warga Kampung Cisabuk, Enah Suhaenah, 45, mengatakan, sebenarnya pergerakan tanah di kampungnya sudah terjadi sejak 2009. Namun, semakin parah pada 2013 lalu. ’’Lantai rumah dan dinding rumah saya retak-retak. Rumah saya jadi miring dan pintunya nggak bisa ditutup. Gerakan tanah ini hampir tiap hari terjadi sampai ke perbatasan Cianjur,’’ katanya, Rabu (19/2).

Karena itu, Enah pun terpaksa mengungsi ke rumah salah seorang kerabatnya. Sebab, rumahnya nyaris ambruk. Begitu juga dengan warga kampung lainnya. Kebanyakan telah meninggalkan rumahnya masing-masing. Selain rumah warga, pergerakan tanah juga mengakibatkan kerusakan di SDN Cisabuk 1, Mesjid Al Ikhlas, rusaknya akses jalan Cipelah-Pagelaran (Cianjur), dan di Pasir Muncang sebuah tanggul terancam jebol sepanjang 70 meter.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Bandung Marlan membenarkan, pergerakan tanah di sana memang terjadi sejak tahun 2013. Namun, sekarang perkembangannya semakin parah. Setiap hari pergerakan tanah terjadi sekitar 1-2 cm. ’’Diperkirakan tanahnya memang labil. Di dekat rumah warga juga ada air terjun. Namun, aliran airnya tak jelas ke mana. Kalau kata warga memang ada rongga di bawah tanah untuk aliran air,’’ ujar Marlan saat memeriksa retakan tanah di Desa Cipelah kemarin (18/2).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan