SELAMA tahun 2014, ruang publik dibuat dengan tema-tema menarik. Bahkan, dari 19 rencana target pembuatan taman tematik Kota Bandung, delapan di antaranya sudah terlaksana. Selain itu, penyegaran taman-taman kota yang sudah ada dikemas lebih elegan.
Tapi, apa jadinya jika taman-taman yang indah itu ternyata malah mengurangi jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH)? Pasalnya, sebagian taman ditutupi semen dan memangkas pohon. Seperti Pet Park atau Taman Hewan di kawasan Ciliwung. Atau Taman Film yang menutup alasnya dengan rumput sintetis. Hal ini menimbulkan pertanyaan di benak masyarakat.
Untuk pembuatan taman-taman tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) mengalokasikan Rp 20 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Yakni, Rp 13 miliar dialokasikan untuk pembuatan taman dan sisanya sebagai biaya perawatannya. Namun, tidak dipungkiri selalu ada bantuan dan Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan-perusahaan.
Taman memiliki dua fungsi utama sebagai ruang publik. Yakni, ekologis dan sosial. Sebagai fungsi ekologis, taman menjadi paru-paru kota yang dominannya sebagai lahan hijau. Kemudian, taman juga memiliki fungsi sosial, yakni menjadi tempat berkumpul, bermain, belajar atau riset.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung mencantumkan, setiap tahun pembangunan daerah Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebanyak 2 persen dari luas wilayah. Namun, Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Barat Dadan Ramdan mengatakan, sejauh ini belum ada penambahan RTH di Kota Bandung. ”Malahan bukan bertambah, yang ada pun dikurangi,” ungkapnya kepada Bandung Ekspres beberapa waktu lalu.
Hal itu, berkaitan dengan penghiasan kota dengan taman yang sedang gencar-gencarnya. Misal, hutan kota warisan kolonial Belanda. Yakni, sepanjang jalan Cilaki yang sekarang terpotong-potong oleh jalan.
Beberapa pengemasan taman-taman di daerah tersebut terkesan mengurangi sumber resapan air. Pasalnya, beberapa kawasan RTH tersebut dibuatkan jalan bertembok atau dikeramik. ”Kalau dibeton pasti mengurangi sumber resapan air,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Bagian Pertamanan Dinas Pemakaman dan Pertamanan (Diskamtam) Kota Bandung Dadang Darmawan mengatakan, pembuatan taman bukan berarti tidak ramah lingkungan. Sebab, hanya area tertentu yang dibeton. Bahkan, penggunaan rumput sintetis pun tidak benar mempengaruhi kondisi lingkungan. ”Alun-alun dikasih rumput sintetis juga karena di bawahnya basement. Jadi nggak bisa ditanami pohon gitu aja,” katanya.