Data Penduduk Miskin Semrawut

BANDUNG– Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bandung langs­ung bergerak cepat untuk menata data penduduk misk­in yang selama ini belum ter­padu atau semrawut. Program yang tengah disiapkan yakni Sistem Layanan Rujukan Ter­padu (SLRT) yang diklaim akan menjadi solusi menurunkan angka kemiskinan sekaligus memperbaiki data miskin yang di pusatkan di setiap kelurahan di Kota Bandung pada 2020 mendatang.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 lalu, angka kemiskinan di Kota Bandung berada di­angka 3,57 persen. Saat ini, jumlah warga miskin dan sangat miskin di Kota Bandung sebanyak 79.000 Kepala Kelu­arga (KK) atau 400.000 jiwa.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung bertekad terus men­ekan angka kemiskinan. Tar­getnya, pada 2023 mendatang, angka kemiskinan menjadi 3,14 persen.

Kepala Dinas Sosial Kota Bandung, Tono Rusdiyantono mengklaim, jika data penduduk miskin sudah terintegrasi. Namun, ada persoalan dalam pelayanan yang belum optimal.

“Data kita sudah terintegritas sebenarnya, hanya pelayanan kita yang belum, maka kita usul­kan pembentukan SLRT di setiap kelurahan,” kata Tono ditemui di Hotel Papandayan, Jalan Ga­tot Subroto. Minggu (17/11).

Menurut Tono, melalui pro­gram SLRT diyakini menjadi solusi untuk memperbaiki data penduduk miskin agar terintegrasi dan terpadu dengan sistem pelayanan. Dia me­nyebutkan, SLRT semacam Puskesos (Pusat Kesejahteraan Sosial) yang ada di kelurahan.

Tono menginginkan Pus­kesos dapat dimiliki oleh setiap kelurahan, dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan pelayanan dan pengaduan dari warga. Termasuk soal kedaruratan dan permasalahan pemenu­han kebutuhan.

Selama ini, Kota Bandung telah memiliki dan menja­lankan program SLRT, hanya saja belum berjalan maksi­mal dan selanjutnya akan dikembangkan.

“Kota Bandung sudah pu­nya SLRT, kita hanya mengembangkan saja ke daerah lain karena saat ini baru diterapkan di tiga ke­camatan sebagai bentuk uji coba sementara, seperti di Kecamatan Bandung Kidul, Bojanglowa Kaler dan Ke­camatan Babakan Ciparay. Tahun 2020 kita upayakan bisa dilaksanakan di setiap kecamatan,” terangnya.

“Memang masih ada yang belum terlayani karena pro­gram-programnya berbeda, sekarang semuanya berpu­sat ke basis data terpadu (BDT),” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan