Mulai Menulis Usia 45, Terbitkan 9 Buku dalam 2 Tahun

Layaknya penulis amatiran, dia pun sempat mandek di depan laptop cukup lama ketika memulai. Jari cuma ketak-ketik tak pasti. Khas penulis pemula.

Rupanya dia dibayangi ke­takutan. Khawatir keteteran. Sebab, deadline cuma sebulan. Sementara dia juga menger­jakan buku sambil mengajar. Mumet.

Tapi, dia tidak menyerah. Dia memaksakan diri meny­elesaikan penugasan. Dia punya bekal cerita meski mu­lanya sulit ditulis.

”Dari deadline sebulan itu akhirnya muncul buku per­tama saya, judulnya Cerita dari Negeri Bawah Laut. Isinya tentang perjalanan saya belajar di Belanda,” urainya.

”Eh, beres dari buku per­tama malah jadi ketagihan. Akhirnya metode belajar saya di kelas pun akhirnya jadi buku kedua dengan judul Guru Sang Koki Pembelaja­ran,” sambungnya sambil tersenyum.

Buku ketiga dan setelahnya, bukan lagi dikerjakan karena penugasan. Malah refreshing. Setiap buku muncul dari ide sehari-hari.

Dia mengaku, selama ini mendapatkan banyak hikmah dari OGN. Bukan karena nilai hadiahnya, tapi lebih dari itu dia mendapatkan banyak link untuk belajar lebih luas.

Dalam arti, pergaulan po­sitif. Meski banyak berkutat dari grup WhatsApp. Tapi dari situ, dia banyak penga­laman belajar. Termotivasi.

”Bahkan, guru di Kaliman­tan untuk sampai ke kota bisa sampai enam jam, tapi mereka tetap semangat belajar dan mengajar. Perjuangan mereka mengajar sangat he­bat. Dari situ saya berpikir, saya guru di Bandung, ke­napa tidak bisa sesemangat mereka untuk mengajar. Ha­rus lebih dari mereka yang di daerah,” paparnya.

Sementara itu, Nia juga se­pakat sebaik-baiknya ilmu adalah yang bermanfaat. Pe­rempuan berkacamata itu pun mempraktikan itu di ling­kungan di mana dia mengajar: SMPN 36. Nia tidak mau sen­dirian yang bisa menulis buku.

Nia pun menerapkan pola yang mirip dengan metode yang dia buat untuk peserta didik. Tiap guru ditantang membuat tiga cerita pendek. Cerpen-cerpen terpilih dari para guru itu kemudian di­terbitkan jadi buku.

”Sekarang, Alhamdulillah, empat puluh guru yang menga­jar di SMPN 36, semua minimal punya satu buku yang mereka terbitkan,” ungkap lulusan S2 Unpas Manajemen Pendidikan dan S2 Pendidikan IPS STKIP Pasundan itu bangga.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan