Metode STEM, MacGyverism Restorasi Guru

Ada adagium klasik ”Sebelum kita bisa mencipta tidak ada salahnya kita meniru”, mungkin adagium inilah yang mendorong timbulnya restorasi Meiji di Jepang 1868-1912 M. Pada masa itu seorang  tokoh Jepang Daimyō Shimazu Nariakira menyatakan bahwa ”Jika kita mengambil inisiatif, kita bisa mendominasi, jika tidak, kita akan didominasi” yang menyebabkan Jepang membuka pintunya untuk teknologi asing dan mengambil pengetahuan teknologi dari Barat dengan slogannya  ”Etika Timur, Ilmu Pengetahuan Barat.”.

Sinopsis tentang sejarah Jepang ini dalam kaitannya dengan  upaya meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan tidak ada salahnya kita jadikan sebagai referensi, khususnya dalam mengimplementasikan konsep ”ATM” (Amati, Tiru, Modifikasi) pendekatan-pendekatan pembelajaran kontemporer, salah satunya adalah pendekatan pembelajaran STEM (Sains, Technology, Enginering and Match) terintegrasi yang konon berasal dari Amerika Serikat.

Profesi guru adalah profesi yang bersifat ”never ending process” untuk selalu meng-update informasi kontemporer termasuk keterampilan pembelajarannya. Dalam konteks demikian, pemahaman guru terhadap pendekatan pembelajaran STEM adalah keniscayaan dalam mempersiapkan anak didik menghadapi dunia nyata yang penuh masalah agar siap dalam persaingan global. Sebab, science, technology, engineering, and mathematics adalah mata pelajaran yang saling berkaitan dalam kehidupan nyata manusia. Untuk itu diperlukan ”Restorasi Guru” untuk menjadi guru-guru yang beraliran ”MacGyverism” dalam mengimplementasikan konsep pendekatan pembelajaran STEM ini.

”MacGyver” adalah karakter judul film dan protagonis di serial televisi sekitar tahun 1985 dengan judul MacGyver. Dia dimainkan oleh Richard Dean Anderson. MacGyver berperan sebagai pemecah masalah dan dididik sebagai seorang ilmuwan yang mampu memecahkan berbagai masalah. Ciri khasnya selain pengetahuan ilmiah dan penggunaan inventif barang-barang umum. Dia selalu membawa pisau Swiss Army dan gulungan selotip. Dia lebih suka resolusi konflik tanpa kekerasan.

Nah, gambaran ”stereotype” MacGyver inilah yang penulis coba suguhkan kepada para guru untuk dijadikan sebagai bahan ”ATM”. Sehingga layak (kalau bersedia) disebut “Guru MacGyverism”.

Guru yang MacGyverism adalah guru yang memiliki kemampuan dan berperan sebagai pemecah masalah. Apa yang dilakukan oleh MacGyver ketika menghadapi masalah diskenariokan sebagai upaya yang tidak pernah kehilangan akal dalam menggunakan sumber daya ”seadanya” dan akallah sebagai pengendalinya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan