UBK Perkuat Peran Kader-Keluarga dalam Deteksi Dini Tanda Bahaya Balita Lewat Edukasi MTBS dan Media Flashcard

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Bhakti Kencana kelompok 11 yang terdiri dari Bdn. Sri Lestari K.,SST.,M.
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Bhakti Kencana kelompok 11 yang terdiri dari Bdn. Sri Lestari K.,SST.,M.Keb sebagai ketua. Ria Indriani, S. Kep., Ners., M. Kep., H. Tata Juarta, S.Pd., S.KM., MH.Kes, Ina Sugiharti.,SST.,M.Kes, Pujiati Setyaningsih, S.ST., M.Kes. sebagai anggota. Kegiatan ini melibatkan 3 mahasiswa dari Prodi S1 Kebidanan. (foto: Ina S.)
0 Komentar

Tujuan utama MTBS adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan dasar, dan memandirikan keluarga dalam merawat balita sakit.

Tim edukator UBK menekankan bahwa tanda bahaya seperti anak sulit minum, kejang, tampak sangat mengantuk atau tidak sadar, serta muntah berulang harus segera dikenali dan ditindak lanjuti oleh keluarga.

Penjelasan diberikan secara bertahap, disertai contoh nyata yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari peserta.

Baca Juga:Pengabdian Masyarakat UBK Dorong Pemanfaatan Daun Gaharu sebagai Teh Herbal Asam UratCara Mendapatkan Saldo DANA Gratis Rp350.000 yang Langsung Cair, Cukup Manfaatkan Aplikasi ini

Media Flashcard: Pembelajaran Visual yang Tepat Sasaran

Agar edukasi lebih efektif, tim UBK menggunakan flashcard tanda bahaya balita, sebuah media edukasi berbasis gambar dan pesan singkat yang dirancang untuk membantu orang tua memahami informasi secara sederhana namun komprehensif.

Flashcard dikembangkan dengan kategori berdasarkan MTBS, antara lain tanda bahaya umum, tanda bahaya pada ISPA dan pneumonia, tanda bahaya pada diare dan dehidrasi, tanda infeksi berat dan demam tinggi.

Melalui demonstrasi satu per satu, peserta diajak mengidentifikasi ilustrasi pada flashcard dan memahami tindakan yang harus dilakukan sebagai bentuk respons cepat.

Pendampingan juga diberikan agar keluarga terbiasa mengambil keputusan medis yang tepat waktu.

Bentuk Kegiatan: Interaktif, Partisipatif, dan Berbasis Kasus

Kegiatan penyuluhan tidak disampaikan secara satu arah, tetapi dirancang dengan metode edukasi partisipatif.

Diskusi menjadi sesi yang paling menarik, karena peserta dihadapkan pada situasi yang sering terjadi, anak demam tinggi, bernapas cepat, atau menolak menyusu.

Seorang ibu peserta menyampaikan kesannya, “Saya baru tahu ternyata napas anak yang cepat bisa berbahaya. Biasanya kami hanya kompres dan tunggu saja. Sekarang saya tahu harus segera ke puskesmas.”

Baca Juga:Honor 400 Lite Punya Fitur Ajaib, Ini Kecerdasan Magic Portal & Magic CapsuleTanpa Modal, Inilah Deretan Aplikasi Penghasil Uang yang Terbukti Membayar di Tahun 2025

Ucapan ini menunjukkan adanya perubahan pola pikir yang diharapkan terus tertanam dalam keluarga.

Sinergi dengan Pemerintah Desa dan Tenaga Kesehatan

Kegiatan ini mendapatkan dukungan penuh dari bidan desa dan kader PKK. Perwakilan kader PKK menyampaikan, “Pengetahuan ini sangat penting bagi masyarakat kami. Dengan adanya pembinaan seperti ini, kami berharap tidak ada lagi anak terlambat dibawa ke puskesmas karena orang tua tidak mengenali kondisinya.”

0 Komentar