Oleh: Atjep Amri Wahyudi (106)
Seorang wakil rakyat (sebut saja “Abdullah) terlambat lebih dari sejam dari jadwal ketika memasuki ruangan dalam suatu acara reses. Apa itu reses? Mungkin banyak yang dengar tapi belum tentu paham maknanya..he..he.. Menurut embah Google, reses adalah masa jeda di antara dua masa sidang anggota legislatif (DPR/DPRD) untuk mengunjungi dapilnya masing-masing.
Melalui reses, wakil rakyat menyerap aspirasi dan masukan langsung dari masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan di luar gedung parleman dan dilaksanakan secara dua arah. Dari pengertian di atas maka reses ini sangat penting bagi kedua pihak.
Siapa yang dimaksud kedua pihak? Yang pasti anggota dewan yang melakukan reses dan juga masyarakat. Lantas mengapa penting? Paling tidak karena tiga hal. Pertama, seorang legislator harus tahu persoalan yang terjadi masyarakat khususnya di dapilnya sendiri.
Baca Juga:Persib Siap Kunci Tiket 16 Besar, Bojan Hodak Minta Waspada Bangkok United yang Tanpa BebanDear Bobotoh! Ini Ungkapan Aki-Aki Gede Wadul Soal Masa Depan Dewangga di Persib
Kedua, wajib hukumnya eksekutif dikontrol (istilah penulis “dijewer”) oleh masyarakat dalam hal ini oleh wakil rakyat. Ketiga, reses itu berbayar artinya ada unsur uang negara untuk pembiayaan sehingga harus dilaksanakan oleh legislator yang bersangkutan.
Sepertinya masyarakat kian melek politik. Ini bisa dilihat betapa mereka dengan sabar menunggu kehadiran Abdullah. Ia masuk ke ruangan disambut warga dengan seating ovation (lawan dari “standing ovation” he..he..). Walau tersenyum namun gurat kelelahan menghiasi wajahnya. Setelah MC berbasa-basi singkat acara langsung dibuka dengan memberi kesempatan warga untuk bertanya.
Penulis yang duduk paling belakang dengan gercep mengangkat tangan tanda akan bertanya, diikuti beberapa penanya berikutnya. Nah, salah satunya ternyata tidak bertanya atau pun mengusulkan sesuatu. Ia justru mengkritisi kehadiran sang aktor yang terlambat begitu lama. Jadilah si penanya “ngegas” lumayan pedas karena kesal.
Penulis sudah terbiasa jika ada audience yang ngegas seperti itu. Penulis justru menunggu, kayak apa respon Abdullah atau bagaimana ia menjelaskannya. Setelah sesi pertanyaan ditutup dilanjutkan dengan sesi jawaban. Semula penulis menduga Abdullah akan langsung merespon tembakan yang tajam tadi. Ternyata tidak. Ia memilih menjawab pertanyaan berdasarkan urutan yang duluan bertanya. Jadi penulis yang direspon pertama kali.
