Aksi Solidaritas, Bandung Suarakan Alarm untuk Gaza

Aksi Solidaritas, Bandung Suarakan Alarm untuk Gaza
Massa aksi yang tergabung dalam Bandung Protest dan Solidaritas Seni Untuk Palestina mengibarkan bendera Palestina saat mengikuti aksi di kawasan Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jumat (19/9). Foto: Dimas Rachmatsyah / Jabar Ekspres
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Bendera Palestina berkibar di kawasan Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jumat (19/9) petang. Massa aksi yang tergabung dalam Solidaritas Seni Untuk Palestina memenuhi ruas jalan dengan poster tuntutan, seruan, dan lantang meneriakkan solidaritas.

Di antara kerumunan, seniman pantomim Wanggi Hoed berdiri. Dirinya ikut menyerukan suara. “Hari ini kami Solidaritas Seni Untuk Palestina turun kembali ke jalan. Ini merupakan salah satu seruan warga Palestina,” ujarnya.

Wanggi menjelaskan, seruan ini bagian dari pekan aksi global pada 17 sampai 23 September. Dunia diminta memberikan perhatian lewat aksi sound the alarm, membunyikan alarm, memberi peringatan.

Baca Juga:KNPI: Resolusi PBB untuk Palestina Adalah Evolusi Spirit Konferensi Asia Afrika 1955Mahmoud Abbas Kunjungi Inggris, Bahas Dukungan Gencatan Senjata dan Pengakuan Negara Palestina

“Bandung membunyikan peringatan. Ini salah satu gelombang besar untuk Gaza,” katanya.

Dia menyebut gerakan solidaritas ini selaras dengan Global Sumud Flotilla, konvoi damai yang diikuti para aktivis internasional, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg. Dari Indonesia, ada pula Sumud Nusantara.

“Kami di beberapa negara termasuk kota-kota besar harus turun ke jalan. Karena isolasi yang dilakukan Israel berdampak pada penghilangan Gaza secara total. Waktunya sedikit,” ucapnya.

Bagi Wanggi, ini bukan semata isu agama. “Inilah kemanusiaan. Ini ujian kemanusiaan bagi dunia. Bayangkan bila Gaza tidak mendapatkan suaranya. Hari ini terburuk dalam sejarah kemanusiaan,” sambungnya.

Dia juga menyinggung laporan yang menyebut rumah sakit Al-Shifa dibombardir. Data Kementerian Kesehatan Palestina mencatat lebih dari 64 ribu korban. Menurutnya itu pun belum semua terdata. Israel seolah ingin menghilangkan Gaza dari peta dunia.

Wanggi juga menyoroti sikap negara-negara besar. Diplomasi sudah dilakukan, tapi kekuatan militer dunia disebut masih diam.

“Maka dari itu ini juga seruan bahwa intervensi militer harus segera dilakukan,” ungkapnya.

Baca Juga:Mesir dan Qatar Tolak Pemindahan Paksa Warga Palestina, Desak Gencatan Senjata di GazaBelgia Dorong Sanksi terhadap Israel dan Percepatan Pengakuan Negara Palestina

Dia menambahkan, pemutusan telekomunikasi dan internet di Gaza tiga hari sebelumnya memperparah kondisi.

“Informasi yang terjadi di Gaza hanya sedikit yang terpublikasikan. Israel sudah mematikan beberapa informasinya. Jangan sampai kita di Indonesia juga terkena dampak. Karena telekomunikasi sudah dikuasai Israel,” kata Wanggi.

Menurutnya, publik yang masih memiliki akses internet bisa menyebarkan informasi melalui berbagai platform digital. Salah satunya bisa dengan mengakses Informasi dari Palestina secara faktual dan valid melalui media. Lalu, masyarakat bisa menyebarkan secara luas.

0 Komentar