Pakar Ekonom Sebut Pariwisata hingga Makanan Dorong Ekonomi Nasional Tumbuh Lebih Cepat 

Pakar Ekonom Sebut Pariwisata hingga Makanan Dorong Ekonomi Nasional Tumbuh Lebih Cepat 
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui sektor parwisata dan makanan. (Dok. Pixabay)
0 Komentar

JABAR EKSPRES – Ekonomi Indonesia memang stabil di angka 5 persen, tapi menurut Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro, ini belum cukup. Masih banyak sektor strategis yang pertumbuhannya lambat padahal potensinya besar.

Andry menyebut sektor seperti pariwisata, agricultural, perhutanan, industry logam dasar, hingga industry makanan dan minuman perlu didorong untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Sebagai contoh, sektor pertanian yang menyumbang 13,8 persen terhadap PDB di kuartal II 2025, hanya tumbuh sekitar 2 persen secara tahunan. Padahal, menurut Andry, kalau pertumbuhannya bisa naik dua kali lipat, dampaknya ke ekonomi akan sangat signifikan.

Baca Juga:Ketegangan Buruh-Pengusaha Mengemuka, Tuntut Kenaikan Upah 10 Persen Insiden Ojol Tewas Terlindas Mobil Taktis Brimob, Kompolnas: Kawal Kasus Ini Seterang-terangnya!

“Kalau pertumbuhannya meningkat dari 2 persen misalnya bisa sampai 4 persen, ya tentu saja akan bisa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang relative tinggi,” ujar Andry dikutip dari ANTARA, Jumat (29/8/2025).

Sektor pariwisata yeng memiliki kontribusi paling rendah, yakni sekitar 4,9 persen terhadap PDB, dinilai memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang lebih luas.

Ia juga menuturkan peningkatan jumlah kunjangan wisatawan domestik dan mancanegara mampu mendorong pertumbuhan di sektor transportasi, akomodasi, restoran hingga UMKM.

Selain itu, ia mengatakan, tren positif kunjungan wisatawan pada paruh pertama 2025 menunjukkan potensi besar untuk perkuat devisa negara.

Sementara, industri makanan dan minuman (mamin) tercatat memberikan kontribusi 6,9 persen terhadap PDB dengan rata-rata pertumbuhan 5,24 persen, multiplier output sebesar 1,9 serta proporsi ekspor 16,23 persen.

Ia menilai bahwa sektor tersebut memiliki ruang besar untuk terus diperkuat aga bisa memberikan konrtibusi yang optimal terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan mencapai 8 persen pada 2030.

Kinerja positif ini pun tercermin pada industri logam dasar yang berperan penting bagi ekspor, dengan kontribusi ekspor hampir 40 persen dan kontribusi impor yang relatif rendah, sekitar 5,6 persen,

Baca Juga:Rencana Indonesia Impor Migas dari AS, Pakar: Integrasikan Sektor Hulu hingga Hilir Pajak Ekonomi Digital Capai Rp7,71 Triliun hingga Juli 2025, Dorong Keadilan Fiskal 

“Jadi memang PR (pekerjaan rumah) dari kita membangun atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sudah clear (jelas) sebenarnya, yakni bagaimana kemudian mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar,” kata Andry.

0 Komentar