8 Bentuk Penyimpangan Umat Beragama di Indonesia yang Menjijikan

Penyimpangan Umat Beragama
Penyimpangan Umat Beragama
0 Komentar

Kami mulai bertanya-tanya, apakah ini hasil dari belajar agama, atau justru kompetisi untuk mencari musuh? Ketika solidaritas dijadikan panggung untuk pencitraan, Palestina diserang, dan tiba-tiba simpati datang dari segala arah. Dari rakyat biasa hingga tokoh masyarakat, terlebih saat musim pemilu.

Agama kini telah menjadi seperti komoditas pasar malam. Dikemas menarik, diberi label, dan dijual bebas layaknya camilan di minimarket. Ada air ruqyah, garam ruqyah, batu suci, jimat-jimat, dan sebagainya. Semuanya diklaim membawa mukjizat, asal kamu percaya. Bahkan ada yang menjual jimat yang konon telah didoakan langsung oleh tokoh agama. Katanya bisa menyembuhkan penyakit, membawa rezeki, melancarkan usaha, padahal semua itu hanyalah trik pemasaran murahan, dibungkus dengan narasi spiritualitas palsu.

Yang lebih menyedihkan, banyak orang yang mempercayainya. Padahal jika dipikir lebih dalam, semua itu hanyalah mistisisme yang dibungkus rapi dengan kemasan agama. Maka, mulai sekarang, waspadalah, yang ingin menipumu bukan hanya orang bodoh, tapi juga mereka yang berpenampilan suci.

Baca Juga:Gudang Garam Terancam Bangkrut, Ancaman Rokok Ilegal dan Vape Makin NyataAplikasi AMV Mengklaim Legal dan Punya Kantor Tapi Penghasil Uang Skema Ponzi

Sejujurnya, kami bukan satu-satunya yang merasa lelah melihat semua ini. Mungkin sebagian dari Anda yang membaca tulisan ini pun menyadari bahwa banyak metode penipuan kini dibungkus dengan kedok agama. Semakin banyak kasus penipuan yang terjadi, terutama dari kalangan yang mengaku sebagai “orang pintar” atau dukun.

  1. Topeng Kemusyrikan

Namun, dukun masa kini telah berevolusi. Mereka tidak lagi mengenakan pakaian compang-camping, melainkan mengenakan jubah suci dan membawa kitab. Mereka tampil anggun dengan nama-nama baru yang lebih religius, dan kini bisa ditemukan dengan mudah di media sosial seperti TikTok. Mereka menyelenggarakan “ritual cinta” secara live, disertai doa-doa dan nomor rekening di bagian bawah video.

Anehnya, penonton mereka bisa mencapai ribuan, bahkan pengikutnya jutaan. Padahal jika diperhatikan dengan seksama, ucapan mereka hanyalah rangkaian kalimat kosong yang dibungkus dengan argumen tidak matang. Banyak orang kini tidak lagi mampu membedakan mana ajaran agama yang tulus dan mana yang hanya berita palsu yang dibungkus spiritualitas murahan. Media sosial justru menjadi corong yang memperbesar fenomena ini.

0 Komentar