JABAR EKSPRES – Tak semua orang bisa menerima konsep takdir, tapi sulit membantah bahwa ada faktor pendorong terkait pilihan klub sebelum anda lahir. Persib bukan sekedar tim profesional sepak bola, tetapi nyawa yang kental dengan masyarakat Jawa Barat.
Seperti kata almarhum Ayi Beutik, “Bagi orang Bandung, mendukung Persib tak ubahnya sebuah warisan. Bukan karena ajakan, tapi dari hati dan turun temurun,”
Gelora Bandung Lautan Api jadi saksi turun temurunnya warisan dalam mendukung Persib Bandung. Malam penting tersaji, bukan demonstrasi ataupun hajat politik, melainkan euforia 30 ribu pasang mata menyaksikan klub paling epik sabet gelar jawara.
Cerita muncul dari selatan Jawa Barat, seorang pria beranak dua beserta istri tercinta hadir pada malam penting di GBLA. Tak ada niatan untuk menonton langsung sebelumnya, namun hati mendorong dirinya untuk datang menyaksikan para gladiator bertarung layaknya di koloseum Roma.
“Gak ada keinginan nonton sebelumnya, biasa kan di tv karena jauh dari Banjar. Cuman gak tau aja tiba-tiba pengen datang langsung kesini, mungkin karena malem spesial ya,” kata Andar, pria asal Banjar.
BACA JUGA: Nobar Persib di Polres Cimahi, Kapolres: Sukacita Bareng Bobotoh
Bagi siapapun yang datang, bulu kuduk dibuat dingin. Teriakan dari timur, selatan, hingga utara layaknya alarm yang tak nyala pada jam kerja. Tegang dan merinding. Bagaimana tidak, agenda banyak disiapkan guna meriahkan kemenangan Persib pada pertandingan pertama setelah dinyatakan jawara.
Namun, euforia berubah. Bahagia dan sukacita seketika hilang menjadi amarah dan emosional. Hingga menit akhir sebelum peluit panjang berbunyi, skor masih di angka 1-0 milik Laskar Antasari, Barito Putera.
Teriakan hingga cemoohan lantang diserukan. Bukan ditujukan kepada pemain Persib, melainkan pengadilan lapangan yang dinilai tak bijak ambil keputusan. Pikir saya, “ah sial, bagaimana pulang. Agenda konvoi berantakan, takut terjadi hal yang tidak diinginkan,”.
Ibarat rolercoster, rasa emosional berubah jadi tangisan. Bukan air mata yang keluar, melainkan rasa lega terkait malam penting di GBLA yang tak ternodai oleh kekalahan. Gustavo Franca jadi kreator dibalik gol bunuh diri punggawa Barito Putera.