Terkena Dampak Kekerasan Pihak Luar, Warga Sukahaji Nilai Pemerintah hanya Basa-Basi

JABAR EKSPRES – Warga Sukahaji mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah dalam menyikapi konflik agraria yang tengah mereka hadapi.

Yuriani, (33) menyebut pertemuan warga dengan Gubernur Jawa Barat beberapa waktu lalu tidak memberikan solusi yang jelas.

Menurutnya, pertemuan tersebut justru berdampak negatif. Setelah pertemuan itu, warga merasakan adanya peningkatan tindakan semena-mena dari pihak luar yang diduga sebagai ormas.

BACA JUGA: Sampah TPS Liar Sariwangi Tak Kunjung Dibenahi, Warga Komplek: Bau Busuk!

Yuriani menilai hal itu terjadi karena pemerintah menampilkan anggaran dalam forum tersebut, yang kemudian dianggap sebagai bentuk penyelesaian.

Dirinya menyebut, para warga terdampak sengketa lahan bukan sekadar menginginkan bantuan kerohiman, melainkan kejelasan status kepemilikan tanah di Sukahaji.

“Sebenarnya pengen tahu ini, kejelasannya ini, punya siapa sih tanah ini? Atas nama siapa sih? Apa punya pemerintah? Apa punya Junus? Apa terlantar?” tanyanya kepada awak media, beberapa waktu lalu di sela-sela konferensi di Sukahaji.

Yuriani menekankan, warga tidak ingin diiming-imingi uang tanpa kepastian hukum terlebih dahulu.

“Kalau udah resmi ini punya Junus, baru lah kita bisarkan tentang kerohiman. Maunya kayak gitu,” jelasnya.

BACA JUGA: Heri Hermawan Minta Semua Pihak Menahan Diri dalam Sengketa Lahan Sukahaji

Ia menyebut bahwa sikap pemerintah sejauh ini tidak lebih dari sekadar imbauan tanpa tindakan konkret. Undangan yang diterima warga juga dinilainya justru memancing keributan.

“Itu kan memancing warga jadi keributan,” katanya.

Lebih lanjut, Yuriani menyampaikan bahwa warga tidak mendapatkan dukungan dari struktur pemerintahan terdekat seperti RT dan RW.

“Kami di sini nggak ada dukungan sama sekali dari RT RW, nggak ada dukungan sama sekali. Termasuk masuk pemerintah. Basa-basi aja. Sebenernya, tindakannya nggak ada,” lanjutnya.

Yuriani mengatakan, justru setelah semua pertemuan itu, tekanan terhadap warga semakin meningkat. “Kita yang kerasa sekarang, makin dapet ini, jadi makin kena kekerasan,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan