Angka Pengangguran Tinggi, DPRD Kota Bandung Minta Tingkatkan Job Fair

BANDUNG – Tingginya angka pengangguran di Kota Bandung mendapatkan perhatian serius dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung. Berdasarkan data Badan Statistik Pusat (BPS) pada akhir 2023, jumlah pengangguran mencapai 116.430 orang atau 8,83 persen dari total penduduk yakni 2.506.603 jiwa.
Anggota Komisi III DPRD Kota Bandung Heri Hermawan mengatakan, DPRD bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus menekan angka pengangguran di Ibu Kota Provinsi Jabar tersebut. “Kami terus berupaya untuk menanggulangi pengangguran ini yang jumlahnya masih cukup besar,” ujar Heri saat ditemui Jabar Ekspres di Gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Sukabumi, baru-baru ini.
Upaya tersebut, politikus NasDem itu merincikan, pihaknya bersama pemkot telah menyusun dan merealisasikan sejumpah program. Di antaranya program bursa tenaga kerja atau Job Fair yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir.
“Jadi, program Job Fiar ini sangat positif dan efektif karena sebagai ajang untuk mempertemukan pencari kerja (pencaker) dengan perusahaan yang sedang membutuhkan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan,” katanya.
Lebih lanjut Heri menekankan, program Job Fiar yang selama ini dilaksanakan Dinas Ketenagakerjaan Kota Bandung, harus terus dilanjutkan bahkan lebih ditingkatkan di tahun 2025 ini. “Kalau tidak salah, Job Fair yang selama ini digelar hanya 3 kali dalam setahun, maka di tahun ini harus ditambah paling tidak 4 hingga 6 kali dalam setahun,” pintanya.
Selain Job Fair, untuk menekan angka pengangguran itu Heri melanjutkan, pemkot juga harus meningkatkan kompetensi para calon naker itu senditi. Caranya, pemkot harus lebih serius dalam memberikan pelatihan-pelatihan kepada mereka.
“Termasuk para naker ini agar dihubungkan dengan program magang di perusahan-perusahaan. Jika perusahaan telah menemukan kualitas kometensi para peserta magang, saya berharap agar langsung direkrut untuk bisa bekerja,” harapnya.
Tak hanya itu, Heri juga meminta pemkot agar mendorong para usia produktif tidak sekadar mengisi loker tetapi bagaimana menjalankan usaha. Termasuk memperkenalkan mereka dengan digital marketing sehingga bisa mempromosikan produk hasil usahanya melalui online.
“Jadi, jangan hanya mengisi loker saja tapi menjadi seorang pengusaha. Misalnya bergerak di bidang UMKM dan lain-lain,” pintanya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan