JABAR EKSPRES – Debat Pilkada Kabupaten Indramayu yang digelar oleh KPU Kabupaten Indramayu di sebuah hotel di kota Bandung, Senin (4/11) mendapat sorotan dari pakar ilmu komunikasi dari Universitas Gunung Jati Cirebon, Dr Abdul Jalil Himawan MSi, Dr Khaeruddin Imawan, serta Pengamat Politik IPRC (Indonesia Political Research Consulting) Firman Manan.
Jalil menyoroti debat pilkada yang menghadirkan tiga pasangan calon bupati kabupaten Indramayu yakni Bambang Hermanto – Kasan Basari, Lucky Hakim – Syaefudin, dan Hj Nina Agustina – Tobroni, seharusnya ketiganya mampu meyakinkan pada swing voter yang belum menentukan pilihan.
“Fungsi debat Itu salah satunya untuk meyakinkan publik. Selain Itu juga buat menjaring swing voter yg belum mementukan Pilihan,” kata Jalil usai menyaksikan debat pilkada kabupaten Indramayu tadi malam.
Menurut Jalil, debat yang berlangsung dua jam lebih dan disiarkan langsung oleh TVRI tersebut lebih dominan menyerang kebijakan dan menyerang urusan urusan personal.Jalil menilai Paslon nomor 02 terkesan ada dendam pribadi dengan Paslon 03.
“Dalam debat yg dikedepankan Itu visi Dan misi. Bukan menyerang kebijakan apa lagi menyerang urusan urusan personal. Secara keseluruhan debat belum menampilkan visi misi yg menyentuh hal tekhnis. Kebanyakan masih asyik dengan işu isu langitan,” jelas pakar komunikasi Unswagati Cirebon jebolan Unpad tersebut.
Jalil sendiri menitikberatkan pada Paslon 02 yang terkesan sekali ingin mendowngrade pasangan 03.Padahal menurut Jalil, serangan Itu tidak akan menambah poin bagı pemilih.
Sementara, Wakil Dekan Ilmu Komunikasi Unswagati Cirebon Dr Khaerudin Imawan mengatakan debat kandidat bukan sekadar ajang pertarungan antar pasangan calon (paslon), melainkan forum penting di mana calon pemimpin diuji untuk menyampaikan visi, misi, ide, dan program mereka kepada publik. Fokus utama debat seharusnya bukan pada persaingan antar paslon, melainkan pada bagaimana mereka berkomunikasi dengan masyarakat sebagai pemilih.
“Hal ini menjadi catatan penting bahwa komunikasi politik yang sesungguhnya terjadi antara paslon sebagai komunikator dan masyarakat sebagai audiens utama. Oleh karena itu, debat kandidat harus mencerminkan kepentingan, harapan, dan aspirasi masyarakat, bukan semata-mata kepentingan politik antar paslon. Serangan personal antar kandidat dalam debat tidaklah elok dan seharusnya dihindari,” jelas Khaeruddin.