Atty menambahkan, bahwa PDIP dan Golkar adalah dua partai besar yang sarat akan pengalaman politik yang sudah punya jam terbang.
“Seharusnya partai tidak masuk terlalu jauh ke dalam urusan rumah tangga partai lain seperti yang saya lakukan. Kesalahan dan tidak pahamnya sebuah etika tidak sepenuhnya ada pada Golkar, namun ada juga kesalahan dari calon yang mengejar tiket Pilkada demi mencari partai koalisi, tapi lupa memperhatikan etika politiknya,” paparnya.
Atty juga menekankan, bahwa partainya tidak akan menjadi partai penonton dalam setiap pelaksanaan Pilkada. PDIP akan selalu mengambil bagian menjadi pelaku di setiap medan pertarungan demi kesejahteraan rakyat Kota Bogor.
“PDI Perjuangan akan mengambil bagian kemenangan, baik sebagai partai pengusung maupun pendukung. Dengan modal enam kursi di legislatif, kami akan menjadi pelaku dan penentu kemenangan di Pilkada Kota Bogor,” tegas Atty.
Terancam Ditinggalkan PDI Perjuangan
Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Bogor, Dadang Iskandar Danubrata, telah melakukan klarifikasi terkait kepemilikan KTA Partai Golkar oleh dokter Rayendra.
Apabila terbukti bahwa yang bersangkutan memiliki dua KTA dari partai berbeda, maka akan diminta untuk memilih salah satunya.
“Kami telah klarifikasi dari dokter Rayendra soal kabar kepemilikan KTA itu, karena saat beredar kemarin-kemarin, saya belum dapat penjelasan langsung. Yang jelas tidak boleh (Dua KTA), karena sekarang kan semua KTA terintegrasi KPU, harus jelas orangnya,” terang dia.
Ia menambahkan, hasil klarifikasi akan disampaikan ke DPP PDIP untuk diputuskan apakah akan tetap mendukung dokter Rayendra dalam Pilwalkot Bogor atau sebaliknya.
“Yang pasti, DPC, DPD Jabar dan DPP sangat kecewa dengan kondisi tersebut,” tegas Dadang. (YUD)