JABAR EKSPRES, BANDUNG – Konstelasi politik di Jabar jelang masa pendaftaran pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur makin dinamis. Pakar Komunikasi Politik (Kompol) Unpad S Kunto Adi Wibowo menilai, masih memungkinkan ada lebih dari satu pasangan calon pada Pilkada nanti.
Walau belum pasti, tapi peta koalisi di Pilkada Jabar mulai nampak. Hal itu terlihat dari dinamika pergeseran dukungan yang terjadi di beberapa hari terakhir.
Seperti dukungan Partai Golkar yang akhirnya jatuh kepada Dedi Mulyadi. Dan mundurnya kader PAN Bima Arya Sugiarto dari konstelasi Pilkada Jabar karena PAN turut mendukung Dedi Mulyadi.
BACA JUGA:Rudy-Elly Semakin Menonjol di Pilkada Kabupaten Bogor, Diprediksi Lawan Kotak Kosong?
Kunto berpendapat, pembentukan koalisi di Jabar nampaknya sangat ditentukan elite politik di tingkat nasional. “Bola sekarang ada di elite partai tingkat nasional, karena kalau dari elektabilitas sudah pasti Ridwan Kamil jadi andalan Golkar,” jelasnya.
Kunto menilai bahwa Koalisi Indonesia Maju (KIM) ingin membentuk poros besar. Itu tidak hanya di tingkat nasional tapi juga membangun akar di tingkat daerah, salah satunya di Jabar. “KIM menginginkan koalisi besar, kalau bisa sampai lawan kotak kosong,” cetusnya.
Namun demikian, Kunto menilai bahwa peluang pasangan calon lebih dari satu masih bisa terbentuk di Jabar. Karena ada pertaruhan besar untuk wilayah Jabar.
BACA JUGA:Kunjungi DPD Nasdem Kabupaten Bogor, Rudy Susmanto: Kita Berharap Bisa Berkoalisi
Pertaruhan itu terkait modal elektoral untuk 2029. “Pertaruhannya Jabar punya pemilih paling besar di Indonesia, itu jadi pertimbangan elektoral 2029 juga,” tuturnya.
Kunto membaca bahwa partai-partai yang berseberangan dengan KIM masih memungkinkan untuk membentuk poros sendiri. Misalnya PKS yang punya kandidat seperti Haru Suandharu, ataupun Nasdem yang punya kandidat Ilham Habibie. Bahkan bisa juga PDIP membangun poros baru menggandeng beberapa partai lain.
“Sekarang kan bisa saja ada komunikasi di elite. Misal penawaran posisi menteri di kabinet. Tapi kan pertaruhan juga, ambil menteri tapi tidak punya modal elektorat untuk 2024,” pungkasnya.(son)