Selain itu, kata Ningning harga jual dari hasil tanam dengan menggunakan pupuk organik biasanya lebih tinggi dan bisa dirasakan ditubuh manusia sendiri tidak akan ada efek residu dalam tubuh.

“Karena hasil testimoni untuk pupuk phonska organik ini kan ternyata bisa meningkatkan produksi. Di sini sudah terlihat dari kelompok tani Jembar Tani hasil 5,5 ton per hektar menjadi 6,0, dan untuk di kelompok tani Sarina dari 6,0 toon menjadi 7,0 ton per hektar, berarti ada peningkatan produksi,” tuturnya.

Sementara itu, Supervisor Mitra Bisnis PT Petrokimia Gresik, Eko Suroso mengatakan, pemupukan organik di Ciparay ini merupakan salah satu pilot project yang dikembangkan Petrokimia Gresik bagian dari Pupuk Indonesia.

“Kami melihat bahwa Ciparay ini merupakan salah satu sentra pengembangan padi organik yang tersistem. Sehingga nanti kami mendukung pertahanan ini, menjadi lebih baik dengan menyediakan sarana produksi yang memang sudah dijamin kualitasnya,” kata Eko.

Eko mengungkapkan, pupuk Phonska alam merupakan salah satu pupuk yang memang betul-betul diproduksi, yang memenuhi sertifikat inovis baik dari bahan baku, proses produksi, dan hasil akhirnya itu murni semuanya dari bahan-bahan organik.

“Phonska alam ini memang belum menyeluruh ke Jawa Barat, dan memang baru kami perkenalkan di Bandung dan khususnya di Ciparay ini,” tuturnya.

Sedangkan salah seorang petani dari kelompok tani Ridwan Sanjaya (34), mengaku sangat tertarik untuk produksi padi menggunakan pupuk organik, namun terdapat kendala dari segi harga.

Menurutnya pupuk organik harga satu kilonya mencapai Ribu 14 ribu, satu kwintal sekitar Rp 1,4 juta.

“Tapi kalau pupuk kimia biasa kan hanya Rp 240 ribu per kwintal karena ada subsidi. Jadi biaya produksinya menjadi tinggi,” terangnya.

Ridwan menyebut, di masa tanam pertama peralihan ke organik hasil panen pastinya akan turun.

“Jadi itu juga pertimbangan kami, untuk pindah ke organik, walaupun ada rasa ingin menanam organik,” katanya.

Laman sebelumnya Laman berikutnya

Halaman: 1 2 3