JABAR EKSPRES – Makan bersama teman atau orang-orang terdekat rupanya memiliki dampak positif yang cukup signifikan terhadap nafsu makan seseorang. Tidak hanya itu, dokter pun memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena ini. Dalam suasana makan bersama, kecenderungan untuk makan dengan semangat lebih tinggi, bahkan dapat mempengaruhi jumlah porsi yang dikonsumsi.
Ray Wagiu Basrowi, seorang peneliti dan pendiri Health Collaborative Center (HCC), memberikan pencerahan terkait hal ini. Ia mengungkapkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial cenderung suka berkumpul, dan riset menunjukkan bahwa makan bersama dapat menurunkan hormon stres.
“Saat makan bersama, jadi lebih menikmati, enzim [pencernaan] keluar maksimal kalau lagi happy. Pencernaan jadi lebih bagus, [makan] lebih banyak,” ujar Ray di sela-sela temu media di restoran Beautika, Jakarta Selatan.
Tak hanya itu, Ray juga menambahkan bahwa ketika orang makan bersama, mereka cenderung untuk mengikuti pola makan sehat. Sebagai contoh, dalam suasana nobar, jika satu orang memilih makan buah potong sebagai camilan, orang lain pun cenderung mengikuti.
“Ketika kita berkomunal, berkumpul, perilaku yang baik memengaruhi perilaku komunitas,” tambahnya.
Makan bersama ternyata masuk dalam konsep metode communal mindful eating. Metode ini dianggap sebagai cara yang paling tepat untuk memaksimalkan dampak pola makan yang baik. Mindful eating sendiri merupakan perilaku makan dengan penuh perhatian dan kesadaran bahwa makan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan nutrisi. Meski diselingi obrolan, makan bersama dapat membantu seseorang untuk menumbuhkan perilaku mindful eating.
Dalam riset terbaru yang dirilis oleh HCC, ditemukan bahwa sebanyak 47 persen orang Indonesia masih menerapkan perilaku emotional eating.
“Emotional eating ini menjadikan makan dan ritual makan bukan untuk menikmati zat gizi di makanan. Proses makan itu bagian dari kompensasi emosi, bisa stres, marah,” jelas Ray.
Temuan dari riset tersebut menunjukkan bahwa para emotional eater memiliki risiko dua kali lipat mengalami stres, dan risiko ini bahkan lebih tinggi pada emotional eater dengan angka sebesar 2,5 kali lipat.
Selain itu, perilaku emotional eating juga berdampak pada proses pencernaan makanan yang kurang optimal, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan asupan nutrisi yang tidak sempurna.