Warga Kota Cimahi mengenal Rumah Sakit Tk.II Dustira yang megah, terletak dengan anggun di Jalan Dustira No 1, Baros, Cimahi Tengah. Di balik kemegahan Rumah Sakit Dustira, bukan hanya sebagai penyedia layanan kesehatan masyarakat, tetapi juga menyimpan sejuta kisah sejarah yang terpendam, membingkai kesempurnaan bangunan ini dengan cerita-cerita yang jarang tersentuh oleh pengetahuan umum.
Firman Satria, Jabar Ekspres
Menurut Wahyudin (63), seorang petugas parkir berpengalaman sejak lama, dengan semangat yang membara, Dia membagikan kisah megahnya bangunan bersejarah yang kini bertransformasi menjadi pusat kesehatan masyarakat yang luar biasa.
“Sebagai salah satu bangunan cagar budaya, Rumah Sakit Dustira merupakan bangunan yang syarat akan nilai sejarah lantaran diketahui rumah sakit militer ini milik pemerintah kolonial Belanda yang kemudian difungsikan sebagai tempat perawatan tawanan tentara perang sekitar tahun 1940-an,” ucapnya pada Jabar Ekspres sembari bertugas parkir kendaraan.
Dengan keindahan arsitekturnya yang memikat, Rumah Sakit Dustira menggoda mata dengan desain neo klasikal yang begitu megah. Jendela-jendela dan gerbang besar yang melengkung menciptakan kesan gemerlap layaknya istana megah di era Eropa abad pertengahan.
Wahyudin dengan antusias menyatakan, Rumah Sakit Dustira, yang awalnya diinisiasi sebagai fasilitas pendukung Kota Militer, secara epik dirancang untuk mendukung berbagai operasi penuh semangat tentara Belanda di seluruh Cimahi dan sekitarnya.
“Ketika itu, Cimahi sendiri tengah dipersiapkan sebagai Kota Militer yang membutuhkan infrastruktur kesehatan yang mumpuni,” ungkapnya dengan semangat.
Rumah Sakit Dustira tak hanya berperan sebagai fasilitas kesehatan, tetapi juga menjadi benteng pertahanan vital ketika Gubernur Jenderal berambisi untuk menggeser pusat pemerintahan Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung, menciptakan suasana yang mendebarkan di balik pendiriannya.
Berdiri megah di atas lahan seluas 14 hektare, proyek megapembangunan Militare Hospital mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1887. Lokasinya, yang terletak hanya sekitar 20 kilometer ke barat Kota Bandung, kini menjadi destinasi yang tak hanya dijangkau dengan kendaraan umum, tapi juga menjadi pusat sorotan kehebatan arsitektur dan sejarah.
Rumah Sakit Dustira menjadi saksi bisu kejayaan Netherlands Indies Civil Administration (NICA) saat pasca-perang kemerdekaan, dijajah oleh organisasi semi-militer ini dari 1945 hingga 1947. Wahyudin bercerita, merinci bagaimana NICA, lembaga yang berdiri megah sejak 3 April 1944, memimpin dengan tangan besi di koridor Rumah Sakit Dustira.