Silaturahmi Akbar Perantau Minang: Perkokoh Budaya Minangkabau di Kota Bandung dan Cimahi 

JABAR EKSPRES – Ratusan perantau dari Minang, berkumpul bersatu padu menghangatkan suasana Silaturahmi Akbar Perantau Minang, yang digelar di The Grand Lodakara Hall, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu malam (21/01/2024).

 

Turut dihadiri dalam acara tersebut, Datuak Rangkayo Basa, Komjen. Pol. (Purn) Dr. Boy Rafli Amar beserta sang istri Bundo Kanduang Minang, Ir. Irawati, serta tokoh Minang lainnya.

 

Dalam sambutannya, Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tersebut mengatakan, ajang silaturahmi diawal tahun ini menjadikan momentum untuk perkuat budaya Minangkabau, khususnya bagi perantau Minang yang berada di Kota Bandung dan Cimahi.

 

“Ini juga momentum untuk memperkuat budaya Minangkabau di Kota Bandung. Kita bisa membuat agenda tahunan, festival Minangkabau misalkan, dengan kekompakan kita,” ungkapnya.

 

Dirinya pun mengingatkan akan nilai historis pulau kelahirannya, yang dapat mencetak tokoh-tokoh untuk kontribusi nyata di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

 

“Kita sebagai orang minang tentu bangga provinsi Sumatra Barat ini memberikan warna yang besar sekali terhadap lahir nya republik Indonesia,”.

 

“Dan tentu kita sebagai orang minang di rantau sangat bangga dengan hal ini dan kewajiban kita untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan pendahulu kita di masa lampau untuk mencetak prestasi-prestasi gemilang dimanapun kita berada,” sambungnya.

 

Ditempat yang sama, Bundo Kanduang Minang, Ir. Irawati membuka sambutan dengan sebuah lantunan pantun.

 

“Bukan pedang sembarang pedang, pedang diasah tajam teruji, bukan datang sembarang datang, datangnya saya untuk silaturahmi,” sahutnya.

 

Dirinya bercerita, akan perubahan dirinya yang mempunyai darah asli Sunda, menjadi Bundo Kanduang Minang yang tentu melalui lika-liku perjalanan panjang.

 

“Saya lahir dan besar di Kota Bandung tercinta ini, namun dalam perjalanan hidup saya, kehidupan saya telah ber metamorfosa menjadi urang awak. Mendampingi Pak Boy selama puluhan tahun, mengajarkan kepada saya bahwa untuk menjadi urang awak hendaklah rumit. Karena pepatah dimano bumi berpijak, disindang langit dijunjung. Itu yang membuat proses adaptasi cepat saya menjadi orang minang,” paparnya.

 

Tinggalkan Balasan