JABAR EKSPRES – BP Cekungan Bandung menyampaikan informasi mengenai dampak kerusakan yang disebabkan oleh perubahan fungsi lahan, yang mengakibatkan minimnya penyerapan air di wilayah Bandung Utara.
Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat, Wahyudin Iwang mengatakan BP Cekungan Bandung juga setuju dengan poin yang disampaikan oleh WALHI. Bencana di Bandung Raya diakibatkan oleh deforestasi dan degradasi di Kawasan Bandung Utara yang semakin intensif seiring berjalannya waktu.
“Pembangunan di KBU dinilai mengalihfungsikan kawasan yang memiliki signifikansi penting,” ungkap Wahyudin.
“Dan hal tersebut terjadi karena salah satunya izin-izin properti yang masih dikeluarkan oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota,” tambahnya.
BACA JUGA: Di Ujung Tanduk Kerusakan Ekologis Tatar Parahyangan
Kawasan tersebut, menurut Wahyudin diabaikan sebagai area resapan air dan memiliki fungsi konservasi yang signifikan di wilayah KBU.
“Artinya ketika kawasan KBU itu semakin mengalami kerusakan, maka semakin akan mendekatkan kerusakan ekologi yang cukup serius dan akan mengakibatkan terhadap potensi ancaman keselamatan masyarakat di kawasan bawah,” tegasnya.
Dan yang paling penting, tambah Wahyudin, kawasan tersebut berada dalam administrasi empat kabupaten, di mana Kabupaten Bandung Barat memiliki peran signifikan. Kawasan-kawasan yang termasuk dalam Kabupaten Bandung Barat juga meliputi wilayah Bandung Utara.
“Ini tidak jauh berbeda bagaimana intervensi kegiatan pembangunan di kawasan KBU yang wilayah KBB ini memberikan kontribusi yang kuat terhadap hilangnya kawasan resapan air dan mengakibatkan bencana ketika musim hujan tiba,” ungkap Wahyudin.
BACA JUGA: Wajah Baru Situ Bagendit, Padukan Fungsi Ekologis dan Sosial
Wahyudin menambahkan, upaya rehabilitasi di wilayah Kawasan Bukit (KBU) bertujuan mengembalikan fungsi resapan air dan mendukung konservasi ekologi serta keselamatan masyarakat di masa depan.
“Fungsi resapan air kembali dan memiliki fungsi konservasi bagi ekologi maupun keselamatan masyarakatnya kedepan,” tandasnya. (Mong)