Review Film Ancika: Sebuah Kisah Dilan di Tahun 1995 Setelah Putus Dari Milea

JABAR EKSPRES – Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk menyadari bahwa “Ancika: Dia yang Bersamaku 1995” memberikan sentuhan berbeda pada kisah Dilan yang telah menjadi trilogi legendaris sebelum pandemi melanda. Dengan sejujur-jujurnya, saya lebih terpikat oleh versi spin-off ini, yang dijuluki reboot oleh Manoj Punjabi, daripada versi aslinya.

Penulisan Naskah yang Matang

Pertama-tama, penulisan naskah Ancika 1995 jelas lebih matang dibandingkan dengan trilogi Dilan yang asli. Alur dan logika cerita dalam versi reboot ini mengalir dengan mulus, tanpa adanya pemaksaan cerita, dan terasa sangat natural.

Meskipun gombalan dan gaya khas Dilan yang kadang mengesalkan masih tetap hadir, namun kali ini terasa lebih alami ketika dibawakan oleh karakter Dilan yang telah dewasa secara jelas dibanding versi sebelumnya.

Sentuhan Budaya Sunda yang Menarik

Keputusan Benni Setiawan dan Tubagus Deddy untuk memasukkan unsur bahasa Sunda, walaupun sebagian besar hanya dalam bentuk aksen, menjadi suatu hal yang patut diapresiasi. Ini memberikan keunikan yang nyata dibandingkan dengan versi sebelumnya.

Kisah Dilan yang Terdalam

Film ini juga berhasil menggambarkan gejolak pra-reformasi yang dihadapi oleh mahasiswa pada periode cerita Ancika 1995 dengan cara yang menarik. Meskipun tidak sepanjang film dengan latar perjuangan mahasiswa lainnya seperti “Gie” (2005), namun usaha Benni dan Tubagus untuk menyajikan Dilan sebagai aktivis “berbudi luhur” memberikan sentuhan nostalgia bagi mereka yang terlibat dalam perjuangan pada masa itu.

Perbedaan Akting yang Memukau

Salah satu hal yang membuat saya lebih menyukai Ancika 1995 adalah dari segi akting para pemainnya. Meskipun awalnya saya tidak terlalu berharap banyak dari para pemain utama, terutama setelah pengalaman dengan Dilan 1990 (2018), namun Zee JKT48 dan Arbani Yasiz mampu melepas bayang-bayang Vanesha Prescilla dan Iqbaal Ramadhan dengan baik. Arbani, khususnya, berhasil mengadaptasi gaya Dilan dengan baik dan alami tanpa terjebak pada bayangan Iqbaal.

Chemistry yang Perlu Dikembangkan

Namun, sayangnya, chemistry antara Arbani dan Zee di depan kamera masih terasa kurang, terutama dalam adegan-adegan asmara. Meskipun keduanya tampil baik secara individu, namun masih ada jarak yang terasa di antara mereka, membuat chemistry di antara mereka kurang memuaskan sebagai pasangan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan