Saluran Drainase Desa Sariwangi KBB Tertutup Sampah, Dampak Banjir Kiriman ke Kota Cimahi

JABAR EKSPRES –  Banjir kiriman di Kota Cimahi disebabkan oleh meluapnya udara dari Gunung Batu, Kota Bandung, dan Jalan Pasantren Bandung Barat. Selain curah hujan yang intens di bagian atas Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, penyebab lainnya adalah saluran drainase yang tidak memadai, terutama di wilayah Cigugur Tengah.

Menurut Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman pada DPKP Kota Cimahi, Sambas Subagja, terdapat empat faktor penyebab utama banjir, yaitu penyempitan sungai atau saluran, adanya pendangkalan saluran, keberadaan limbah cair atau padat, serta pelanggaran rutinitas yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis.

Sambas menjelaskan, banjir kiriman terjadi karena aliran air dari Gunung Batu, Kota Bandung, dan Jalan Pasantren Bandung Barat yang melimpah menuju Kota Cimahi, menyebabkan beberapa wilayah terendam banjir.

“Solusinya, langkah pertama adalah menyempitkan penampang sungai berdasarkan kajian dari master plan drainase Kota Cimahi. Analisis menunjukkan bahwa semua saluran drainase utama, termasuk sungai Cimahi, sungai Cilember, sungai Cibeureum, serta anak sungai Cihaur, memiliki dimensi penampang yang tidak ideal untuk menampung debit banjir,” ucapnya pada Jabar Ekspres beberapa waktu lalu.

Dalam penelusuran oleh Jabar Ekspres di Desa Sariwangi, Kec. Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Ketua RW 12 setempat menyampaikan bahwa masalah drainase muncul ketika saluran kecil di pinggir jalan dikorbankan setelah pengecoran oleh warga, dengan harapan memperluas jalan.

Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, menurut keterangan Wawan Sutisna selalu Ketua RW 12 Desa Sariwangi, pentingnya bagi setiap pengembang untuk memastikan adanya saluran limpasan yang sesuai di sepanjang jalan raya.

“Hal ini bertujuan agar volume debit air ke bawah bisa berkurang, sehingga kami berupaya dialirkan dengan baik ke saluran yang lebih besar, sebagai langkah antisipatif yang efektif,” ungkap Wawan saat ditemui Jabar Ekspres di Kediamannya, Sabtu 6 Januari 2023.

Saat disinggung terkait pengelolaan sampah daur ulang, Wawan menyebutkan, hanya sampah yang dapat di daur ulang, seperti botol yang terpisah, memiliki nilai ekonomis yang dapat dijual.

“Sementara sampah yang tidak dapat didaur ulang ditumpuk dan mencari lahan kosong, meskipun ada keluhan dari pemilik lahan yang harus diatasi,” ungkapnya.

Writer: Firman Satria

Tinggalkan Balasan