Di Era Digital, SMAN 5 Cimahi Tingkatkan Kesadaran Bahaya Cyberbullying 

“Pelaksanaan P5 ini sangat menyenangkan karena berbeda dari biasanya. Disini kita lebih banyak sharing dengan teman-teman serta para guru juga. Dimana dalam proyek ini kita menuangkan ide dan kemampuan kita terkait perundungan itu,” jelasnya.

Menurut Koordinator P5 SMAN 5 Cimahi, Mumpuni Martini, digitalisasi dalam pendidikan menjadi hal yang sangat penting sebagai hasil evolusi selama masa pandemi Covid-19, di mana pembelajaran kini semakin mengadopsi teknologi.

“Digitalisasi pada pendidikan sangat penting, banyak manfaatnya setelah era pandemi. Kami melanjutkan menggunakan media digital saat ini, kita dituntut untuk kreatif dan membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,” ucapnya.

Di era ini, pembelajaran menggunakan teknologi telah menjadi landasan, dan siswa menunjukkan tingkat kreativitas yang lebih tinggi serta kebahagiaan yang lebih besar selama proses pembelajaran. Penerapan P5 dengan fokus pada tema bullying, khususnya dalam konteks cyberbullying, menegaskan bahwa peran guru menjadi krusial dalam mengawasi aktivitas siswa.

“Kami menggunakan sistem blok selama bulan November, dengan tiga tahap diantaranya pengenalan, kontekstual, dan kerja aksi. Jadi siswa dikenalkan dahulu tentang apa itu bullying, dan secara teori diterangkan sehingga di minggu ketiga mereka bisa mengaplikasikannya dan memahami dampak serta bahaya perundungan terutama secara online itu,” kata Mumpuni.

Wakil Kepala Kurikulum, Eni Sumiyarni, menyatakan bahwa siswa menjadi lebih introspektif dan diharapkan proyek ini dapat mencegah terjadinya perundungan di kalangan siswa.

“Siswa diberikan fasilitator di setiap kelas, tujuannya untuk mendampingi para siswa terkait persiapan hingga unjuk aksi. Fasilitator pun disesuaikan dengan bidangnya masing-masing, ada yang tidak mengajar di kelas 10 tapi jadi fasilitator,” ucap Eni.

Eni berharap bahwa melalui kegiatan P5 untuk mencegah bullying, terutama di era digital, siswa dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran mereka akan risiko cyberbullying. Penilaian terhadap siswa tidak hanya berfokus pada angka, tetapi juga mencakup perkembangan karakter selama berlangsungnya program. (mong)

Tinggalkan Balasan