Antisipasi Banjir, 2.245 Biopori Ditanam di Kota Banjar

JABAR EKSPRES – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy telah menanam sebanyak 2.245 lubang biopori di beberapa titik rawan genangan dan banjir saat musim hujan. Jumlah itu melebihi target yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat ke BBWS Citanduy sebanyak 2.090 lubang.

“Secara nasional di wilayah Balai di Kementerian PUPR itu ditargetkan sebanyak seratus ribu lubang biopori, kami diberi tanggung jawab untuk membuat 2.090 lubang biopori, Alhamdulillah kami sudah membuat sebanyak 2.245 lubang biopori yang ditanam dibeberapa lokasi seperti di lingkungan perkantoran, di sekolah-sekolah, di Lapas, di lingkungan DPRD Banjar, dan di berbagai tempat,” ujar Kepala BBWS Citanduy, Elroy Koyari, ST., MT, Senin 13 November 2023.

Menurut Erloy Koyari, program ini untuk memasyarakatkan biopori. Karena biopori ini merupakan lubang resapan yang berfungsi menampung air dan merubah tanah yang tergenang air menjadi tanah resapan.

BACA JUGA: Sistem Digitalisasi Parkir Kota Banjar ‘Berbuah Manis’

“Ini bisa diterapkan juga oleh masyarakat karena fungsinya bisa menambah resapan air tanah, dan juga mengurangi resiko banjir. Bahan biopori sendiri dari pipa dengan kedalaman sekitar satu meter dan diameter lubang sekitar 10 centimeter,” katanya.

Wakil Wali Kota Banjar H Nana Suryana mengatakan, Pemkot Banjar mendukung program pembuatan lubang biopori ini. Lantaran bisa menjadi solusi untuk mengatasi air genangan dan banjir.

“Kami mengapresiasi karena ini gerakan mencintai bumi. Ini juga merupakan gerakan menabung air, kemudian menjadi solusi juga untuk mengatasi banjir, meskipun di Kota Banjar ini tidak ada wilayah banjir yang signifikan,” kata Nana Suryana.

BACA JUGA: Alun-alun Kota Banjar Alami Pergeseran, Analis: Citra Fungsinya Berubah Jadi ‘Pasar Banjar’

Ketua Paguyuban Citanduy, H Bambang Hidayah M.Eng juga mendukung program ini. Menurut mantan Kepala BBWS Citanduy ini, program resapan lubang biopiri sangat berguna dan bermanfaat untuk lingkungan.

“Sasarannya untuk mengurangi air permukaan, sehingga air itu tidak langsung masuk ke sungai, tapi masuk dulu sebagian ke dalam permukaan tanah. Ini bagus dan bermanfaat untuk lingkungan,” kata H Bambang Hidayah. (CEP)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan