Viral Ambulans ‘Disembunyikan’, Amukan Keluarga Pasien Bikin RSUD Leuwiliang Buka Suara 

Jabarekspres.com, BOGOR – Direktur RSUD Leuwiliang, Vitrie Winastri buka suara terkait viral nya video amukan keluarga pasien di media sosial, TikTok, Sabtu (11/11).

Vitrie Winastri menjelaskan kronologis kejadian. Pada hari Kamis (9/11) pukul 18.15 WIB, pasien diantar oleh satu orang temannya pasca kecelakaan lalulintas.

“Pasien diterima oleh petugas IGD dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi, kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter, mendapatkan terapi, dilakukan pembersihan luka, merawat luka, memasang spakk pada kaki kiri, memberikan suntikan obat penghilang nyeri,” kata Vitrie Winastri dalam keterangannya.

Dokter memberikan penjelasan kepada keluarga bawah kondisi pasien dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan petugas. Kemudian dijelaskan, karena patah kaki, pasien dapat dirawat di RSUD Leuwiliang  Dan setelah pemeriksaan lanjutan, dibutuhkan dokter spesialis bedah syaraf, maka akan dirujuk ke rumah sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf.

“Karena RSUD Leuwiliang belum memiliki dokter spesialis bedah saraf,” tambahnya.

Lebih lanjut, Vitrie Winastri menambahkan, Keluarga pasien datang yaitu orang tua pasien, dokter memberikan edukasi kembali, tetapi mengatakan tetap menunggu suami pasien datang.

“Setelah suami datang, diberikan edukasi kembali oleh dokter tentang kondisi pasien,”sambungnya.

Pihak rumah sakit juga, sambung Vitrie telah menjelaskan prosedur rujuk, namun keluarga yang bersangkutan ingin langsung membawa pasien ke rumah sakit lain dengan kendaraan sendiri.

“Dokter menjelaskan, prosedur rujukan antar rumah sakit harus melalui SPGDT ( Sistem pelayanan gawat Darurat Terpadu), Sehingga rumah sakit yang akan menjadi tempat rujukan , mengetahui kondisi dan kebutuhan pasien,” tambahnya.

Setelah rumah sakit yang dituju siap menerima,  pasien akan diantar menggunakan ambulans rumah sakit dan didampingi oleh tenaga kesehatan RSUD Leuwiliang.

“Tetapi setelah dijelaskan, keluarga pasien tetap akan membawa pasien memakai Kendaraan sendiri. Dokter melakukan edukasi ulang terkait prosedur SPGDT beberapa kali untuk menjaga agar kondisi pasien tetap stabil,” lanjutnya.

Namun, suami dan keluarga tetap menolak menggunakan sistem rujukan SPGDT dan tetap akan menggunakan kendaran sendiri.

“Dan ternyata petugas rumah sakit melihat ada kendaraan yang menjemput pasien tersebut,” pungkasnya.

Writer: Sandika Fadilah

Tinggalkan Balasan