Jabar Ekspres – Nuur Muhammad Ahkam (25), biasa dipanggil dengan nama Ahkam, pemuda berusia 25 tahun asal kampung Cimahpar, Desa Pasir halang, kecamatan sukaraja, kabupaten Sukabumi, berhasil membangun bisnis ternak domba dan kini Ia mengelola ratusan domba, dengan lahan seluas 1,5 Hektare.
Berbekal ilmu yang didapatnya saat kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), Saat kuliah, Ahkam memiliki mindset bahwa mempersiapkan masa depan pasca kampus lebih penting daripada bermain. Hal ini membuatnya tidak ingin berleha-leha untuk belajar dan mengembangkan diri.
Setelah lulus kuliah, Ahkam langsung memulai bisnis ternak domba. Ia memulainya dengan modal yang kecil, namun dengan kerja keras dan ketekunan, bisnisnya kini berkembang pesat.
“Saat Kuliah saya mempunyai mindset kuliah di UGM tidak menjamin pekerjaan, karena itu saat semester 2 saya fokus menyiapkan pasca kampus,” ujarnya kepada Jabar Ekspres Selasa (31/10/2023).
BACA JUGA: Batu Hitam Misterius di Tengah Jalan Stadion Sukabumi: Gerbang Ghaib hingga Ular Tanpa Kepala!
Berawal dari seminar yang diikutinya, Ahkam saat masa kuliah mendapatkan relasi untuk belajar peternakan secara langsung.
“Saya awal mula ikutan seminar, terus saya ketemu dengan salah satu narasumber yang bercerita mempunyai farm, dan membuka siapa saja yang mau belajar. Alhamdulillah beliau menyambut baik, dan kebetulan beliau membutuhkan pekerjaan kemudian saya ambil pekerjaan itu,” tuturnya.
Ahkam memulai kariernya dari bawah, yaitu sebagai anak kandang. Ia harus bekerja keras dan belajar banyak hal untuk mencapai posisinya saat ini.
Ahkam menjelaskan bahwa merintis profesi dari nol bukanlah hal yang mudah. Ia harus menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Namun, dengan kerja keras dan ketekunan, ia berhasil mencapai kesuksesan.
“Awal mula gaji 1 bulan 700 ribu, kerja sebagai anak kandang, ya kerjanya kadang ngarit, kadang bersihin kandang ya memang fokus ke sanitasi,” jelasnya.
Saat ia bekerja sebagai anak kandang, Ahkam pun mencoba menyesuaikan dengan jadwal kuliahnya, apalagi jarak yang cukup memakan waktu menjadi tantangan tersendiri.
“Saya 5.30 pagi udah berangkat ke farm, beres biasanya dzuhur dan kemudian lanjut ke kampus untuk ikut mata kuliah,” tuturnya.