Ekonomi Jabar Sedang Tidak Baik-Baik Saja, Masyarakat Terjerat Pinjol dan Berdampak pada Perceraian

JABAR EKSPRES – Keberpihakan anggaran untuk sektor perekonomian di Jawa Barat pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 jadi perhatian sejumlah fraksi di DPRD Jabar. Salah satunya Fraksi PKS.

Anggota Fraksi PKS Abdul Hadi Wijaya mengungkapkan, kondisi perekonomian masyarakat Jabar saat ini sedang tidak baik-baik saja. “Sekarang cukup banyak yang sedang kesulitan ekonomi dan rawan daya beli,” katanya menyampaikan pandangan fraksi beberapa waktu lalu.

Pria yang akrab disapa Gus Ahad itu melanjutkan, Kesulitan daya beli itu mengakibatkan sejumlah masalah yang terjadi di masyarakat. Seperti maraknya Bank Emok yang menyasar ibu-ibu dan serangan udara dengan maraknya pinjaman online (pinjol).

BACA JUGA: Pekan Pemberantasan Pungli, UPP Kota Banjar Tindak Pungutan Liar di Minimarket!

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sempat mencatat bahwa jumlah rekening dan outstanding pinjaman di Jabar terbesar jika dibanding daerah lain. Hingga Juni 2023 sedikitnya jumlah rekening pinjol aktif di Jabar sampai 5 juta peminjam. Sementara outstanding pinjaman ada sampai Rp14,25 triliun. “Ada juga serangan judi online yang cenderung menyasar masyarakat berpenghasilan Rp100 ribu kebawah,” tuturnya.

Menurut Gus Ahad, kondisi itu juga cukup berdampak tidak hanya pada kerawanan ekonomi tapi juga pada kerawanan sosial. Contohnya adalah tingginya angka perceraian di Jabar. “Harus ada sikap dan upaya Pemprov dalam bentuk program dan kegiatan yang teranggarkan pada APBD 2024,” tegasnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar mencatat bahwa pada 2022 tercatat ada 98.890 kasus perceraian di Jabar. Dari jumlah itu, faktor ekonomi menjadi alasan perceraian terbanyak kedua setelah pertengkaran. Jumlah faktor ekonomi jadi sebab perceraian mencapai 37.295 kasus. Sementara tertinggi faktor perselisihan dan pertengkaran ada 55.532 kasus.

BACA JUGA: PKL Kuasai Area Jalan Cikole Dalam Sukabumi, Ini Tanggapan Ketua DPRD

Sementara itu, Kota Sukabumi tercatat sebagai kasus perceraian terbanyak di Jabar. Jumlahnya mencapai 8.008 kasus.

Di sisi lain, BPS mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi Jabar pada Triwulan II 2023 mencapai 5,25 persen secara y-on-y. Sedangkan jika dibandingkan dengan Triwulan I, pertumbuhannya mencapai 2,08 persen. Jabar sebenarnya juga sempat mencatatkan pertumbuhan ekonomi sampai di atas 6 persen. Yakni pada Triwulan II 2021 sebesar 6,20 persen, Triwulan IV 2021 sebesar 6,21 persen, ataupun pada Triwulan III 2022 sebesar 6,03 persen. (son)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan