JABAR EKSPRES – PJ Bupati Sumedang menyebut bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia tidak terlepas dari perjuangan para santri. Hari Santri harus menjadi wahana refleksi atas dedikasi para santri dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Hal itu diungkapkan Sumedang Herman Suryatman, selaku Penjabat Bupati dalam sambutan upacara Peringatan Hari Santri Nasional Tingkat Kabupaten Sumedang tahun 2023 dan Pawai Kamonesan Kolaborasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang dengan Pondok Pesantren di lapangan Pusat Pemerintahan Sumedang, Senin 23 Oktober 2023.
“Hari Santri bukan sekedar peringatan tapi sebuah refleksi yang mendalam atas dedikasi dan pengorbanan santri dalam perjuangan kemerdekaan, kiprah santri telah menorehkan tinta emas dalam mempertahankan kedaulatan bangsa,” tutur Herman.
Dia menjelaskan tentang bagaimana sejarah perjuangan kaum santri pasca kemerdekaan tahun 1945 atau saat terjadinya Agresi Militer Belanda II.
Baca juga: Restorative Justice, Jalan Keluar Polemik SD Negeri Pondok Cina 1
“Di tengah gegap gempita kemerdekaan 1945, bayang- bayang penjajah untuk kembali menguasai nusantara sangat terasa saat itu dan di saat itulah Hadratussyekh Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) mengeluarkan sebuah fatwa yang dikenal sebagai Resolusi Jihad,” terangnya.
Menurut Herman, fatwa yang dikeluarkan oleh Hadratussyekh Kyai Muhammad Hasyim Asy’ar saat itu telah menjadi api semangat bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.
“Resolusi Jihad menekankan pentingnya jihad fisik dalam mempertahankan kemerdekaan, sebuah panggilan bagi santri dan umat Islam untuk berdiri teguh melawan penjajah saat itu dengan berbagai cara,” paparnya.
“Pertempuran sengit 10 November 1945 menjadi simbol keteguhan santri dalam mempertahankan kemerdekaan, resolusi jihad Hadratussyekh Kyai Muhammad Hasyim Asy’ari bukan hanya menggema di telinga tapi menancap di hati, inilah yang menjadi sumber inspirasi dan bukti nyata para santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia,” terangnya menambahkan.
Herman mengatakan, pada era kekinian di tengah gempuran arus globalisasi dalam mengisi kemerdekaan, kaum santri harus tetap berdiri dengan semangat jihadnya sebagai landasan melalui tiga pilar utama yakni pendidikan, dakwah dan pemberdayaan masyarakat.
“Santri menerapkan kaidah yang artinya mengambil tradisi yang baik jika itu lebih baik, ini mencerminkan bagaimana santri berupaya menjembatani tradisi dengan kekinian, menjaga esensi dengan berupaya menjembatani serta beradaptasi dengan perkembangan zaman,” paparnya.