Sebanyak 95 Juta Pekerjaan Terancam Hilang karena Perkembangan Teknologi, Ini Adaptasi SMK Vokasi

JABAR EKSPRES – Sejumlah bidang pekerjaan terancam akan hilang, utamanya adalah pekerjaan fisik. Hal itu terkait berkembangnya teknologi yang kian pesat.

Kepala Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bidang Mesin dan Teknik Industri Supriyono tidak mengelak terkait ancaman nyata bidang vokasi itu. “Berlahan tapi pasti, utamanya pekerjaan fisik,” katanya saat ditemui selepas Sosialisasi Program dan Kegiatan Balai Bahasa Provinsi Jabar kepada Pemangku Kepentingan, Rabu (18/10).

BACA JUGA: Kurikulum Merdeka: SMAN 1 Cimahi Dorong Pembentukan Karakter dan Kreativitas Siswa

Supriyono melanjutkan, data yang didapatnya ada indikasi bahwa pada 2045 nanti bakal ada 95 juta pekerjaan akan hilang. Pekerjaan-pekerjaan tersebut bakal digantikan oleh otomasi atau digitalisasi seiring perkembangan teknologi. “Di Indonesia ini masih 4.0. Kalau di luar negeri sudah sampai ada 5.0 keatas,” tuturnya.

Supriyono menambahkan, bidang pendidikan khususnya jurusan vokasi juga tidak tinggal diam dalam menyikapi ancaman tersebut. Salah satunya adalah mengenalkan sentuhan-sentuhan teknologi dalam bidang vokasi. “Jadi semua sekolah vokasi sudah dikenalkan teknologi,” terangnya.

Bahkan, beberapa SMK juga sudah mulai diarahkan untuk bisa memproduksi game online. Hal itu sebagai langkah adaptasi terhadap perkembangan teknologi.

Menurut Supriyono, berbagai jurusan SMK memang tengah dihantui pergantian jurusan. Saat ini pemerintah juga telah melakukan riset atau penelusuran terkait ke linearan antara pekerjaan yang dijalani dengan program jurusan saat masih bersekolah. Hal itu sebagai salah satu pertimbangan jurusan-jurusan yang dalam tanda kutip harus ditutup.

BACA JUGA: 2 Madrasah Negeri Siap Dibangun, Pemkot Depok Siapkan 2 Lahan di Kecamatan Ini!

Dalam kesempatan itu, Supriyono juga mengingatkan kepada para pihak yang ingin mendirikan SMK. Pendirian sekolah semestinya mempertimbangkan ketersediaan industri di wilayah yang bersangkutan. Sehingga ketika siswa lulus bisa terserap dalam dunia industri.

Pertimbangan itu juga mendukung dalam proses pembelajaran sebelum lulus. Misalnya terkait peluang dan daya tampunh untuk praktik lapangan. “Saat ini kami mengampu 7.104 sekolah dari 14 ribu sekian sekolah,” cetusnya. (son)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan