Belajar Pengolahan Limbah, PHRI Kunjungi IWM TSI Bogor

Jabarekspres.com, BOGOR -Pengurus pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengunjungi Integrated Waste Management (IWM) Taman Safari Bogor, Cisarua, Kabupaten Bogor, Sabtu (14/11).

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani mengatakan, kunjungannya itu dalam rangka sebagai proyek percontohan pengolahan limbah industri wisata di Indonesia yang sudah diterapkan oleh Taman Safari Bogor.

“Kami ke sini untuk melihat proses pengelolaan limbah yang di sini kami melihat sebetulnya tidak hanya itu tapi juga sirkular ekonominya,” kata Hariyadi kepada media.

BACA JUGA: Kotoran Gajah Disulap Jadi Kertas, Kok Bisa? Begini Prosesnya!

Diketahui, Integrated Waste Management (IWM) Safari Bogor mengolah segala limbah industri wisata seperti sisa makanan untuk dimanfaatkan kembali dan dijadikan pakan maggot.

Kemudian maggot tersebut dibudidaya untuk selanjutnya dikomersilkan dalam bentuk berbagai macam produk olahan.

Sedangkan sampah anorganik yang telah dipilah, akan diserahkan kepada pihak ketiga untuk didaur ulang.

Lebih lanjut, sambung Hariyadi, usai kunjungan di TSI Bogor, PHRI berencana akan mengadopsi skema pengolahan limbah industri wisata yang akan diterapkan pada tiap hotel dan restoran yang ada di Indonesia.

Tak hanya itu, masih kata Hariyadi, jika memungkinkan pengolahan sampah dengan metode tersebut akan melibatkan skala yang lebih besar, yakni menjadi pengumpulan sampah dari masyarakat sekitar.

“Kita harapkan ini nanti secara volume perekonomiannya bisa menjadi lebih baik dan bisa menyelesaikan masalah lingkungan dan juga memberikan pendapatan bagi masyarakat,” tutupnya.

Ditempat yang sama, Komisari PT Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau mengatakan akan terus mengembangkan Integrated Waste Management (IWM) Taman Safari Bogor hingga tak ada lagi limbah industri wisata yang tersisa.

Bahkan kata dia, ke depan akan melakukan inovasi lebih sehingga sampah anorganik bisa diolah sendiri menjadi sebuah karya yang bernilai ekonomis.

“Meskipun masih ada plastik yang kita harus pres bawa keluar, itu tinggal membeli alat-alat pemotong untuk mencacah plastik dan nantinya akan digunakan untuk pembangunan bata dan lain sebagainya,” tuturnya.

Kendati demikian, Untuk merealisasikan semua itu, dibutuhkan anggaran yang cukup besar, sehingga diperlukan dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan