JABAR EKSPRES- Pihak berwenang Korea Utara pada hari Jumat mengeluarkan penolakan terhadap klaim yang menyebutkan bahwa senjata buatannya digunakan oleh Hamas dalam serangan terhadap Israel.
Mereka juga menuduh bahwa klaim tersebut muncul di beberapa media adalah upaya dari pemerintah AS untuk mengalihkan perhatian dari tuduhan terhadap Amerika Serikat sebagai akar konflik, dan sebaliknya menyalahkan negara ketiga.
Menurut laporan dari Radio Free Asia yang mengutip seorang ahli militer, ada kemungkinan militan Hamas menggunakan senjata buatan Korea Utara. Laporan tersebut juga merujuk pada rekaman video yang menunjukkan peluncuran roket yang diduga berasal dari Korea Utara.
Voice of America, yang merupakan media milik pemerintah AS, juga mengutip pendapat seorang ahli intelijen yang menyatakan bahwa beberapa senjata yang digunakan oleh Hamas kemungkinan berasal dari Korea Utara.
Kantor Berita Pemerintah Korea Utara, KCNA, menyatakan bahwa tuduhan ini adalah kabar bohong yang tidak berdasar.
Baca juga: 6 Ribu Bom Israel Hantam Gaza, Tembakan Artileri Terdengar Tiap 30 Detik
Baca juga: Protes Bergelora di Inggris: Massa Heboh Copot Bendera Israel dalam Aksi Damai
Mereka berpendapat bahwa ini adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari AS yang dianggap sebagai penyebab krisis di Timur Tengah akibat kebijakan hegemoni yang salah, dan sebaliknya mencoba mengarahkan kritik internasional ke negara ketiga yang tidak terlibat.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, pada hari Kamis mengungkapkan bahwa mereka tidak dapat mengonfirmasi laporan terkait sumber roket yang digunakan oleh Hamas.
Kirby juga menekankan bahwa konflik Israel-Hamas tidak akan mempengaruhi strategi keamanan AS di wilayah lain, termasuk di Semenanjung Korea.
Media pemerintah Korea Utara pada awal pekan sebelumnya menyalahkan Israel atas pertumpahan darah yang terjadi di Gaza.
Negara Korea Utara juga secara rutin menyalahkan Amerika Serikat atas situasi yang memanas di Semenanjung Korea dan mendesak agar tidak melibatkan diri dalam konflik tersebut.
KCNA menegaskan bahwa konflik Israel-Palestina saat ini merupakan beban strategis yang signifikan bagi Amerika Serikat, yang juga harus menghadapi krisis di Ukraina. Ini menunjukkan bahwa strategi AS untuk mencapai supremasi dan tujuannya sebagai satu-satunya kekuatan global yang dominan memiliki keterbatasan.